Kemenag: Salat 5 Waktu dan Khotbah Jumat Dilarang Pakai Toa

Reza Gunadha Suara.Com
Kamis, 30 Agustus 2018 | 20:27 WIB
Kemenag: Salat 5 Waktu dan Khotbah Jumat Dilarang Pakai Toa
Ilustrasi Toa Masjid
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Lalu, pembacaan ayat suci Alquran hanya menggunakan pengeras suara keluar, sedangkan azan Subuh juga menggunakan pengeras suara keluar.

Namun untuk salat Subuh, kuliah subuh, dan sebagainya menggunakan pelantang suara ke dalam saja.

Sementara untuk Salat Magrib, Isya, dan Asar, diimbau agar 5 menit sebelum azan membaca ayat Suci Alquran. Sesudah azan, hanya menggunakan pelantang suara di dalam masjid.

Selanjutnya untuk Zuhur dan salat Jumat, diminta 5 menit sebelum Zuhur dan 15 menit sebelum Jumat digunakan untuk membaca ayat Suci Alquran menggunakan pelantang suara keluar, begitu pula azan.

Baca Juga: Misterius! Tanah di Lombok Bergoyang dan Keluarkan Aroma Wangi

Sedangkan saat salat, doa, pengumuman, khotbah Jumat menggunakan pelantang suara ke dalam, bukan di menara.

Berdasarkan edaran itu, juga diminta pengurus masjid untuk menghindari mengetuk-ngetuk pengeras suara, termasuk kata-kata seperti "tes", "percobaan", "satu-dua", batuk melalui pengeras suara, membiarkan suara kaset, serta memanggil orang.

Untuk diketahui,  surat edaran itu sendiri diterbitkan Kemenag RI setelah seorang ibu bernama Meiliana divonis bersalah dalam kasus penodaan agama Meiliana di Pengadilan Negeri Medan, Sumatera Utara, Selasa (21/8).

Majelis hakim yang dipimpin Wahyu Prasetyo Wibowo menyatakan Meiliana terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 156 KUHP.

Pasal ini tentang penghinaan terhadap suatu golongan di Indonesia terkait tas, negeri asal, agama, tempat asal, keturunan, kebangsaan atau kedudukan menurut hukum tata negara.

Baca Juga: Bakal Caleg Pemilu 2019 Tertangkap saat Pesta Sabu

Kasus Meiliana bermula saat dirinya menyatakan keberatan terhadap pengeras suara azan dari Masjid Al Maksum Tanjungbalai, Sumatera Utara pada 29 Juli 2016. Hal itu berujung pada amukan massa yang merusak sejumlah rumah penduduk dan vihara setempat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI