Menpar: Ekowisata Hutan Perlu Dilestarikan untuk Kesejahteraan

Rabu, 29 Agustus 2018 | 12:00 WIB
Menpar: Ekowisata Hutan Perlu Dilestarikan untuk Kesejahteraan
Bimbingan Teknis (Bimtek) Ekowisata Hutan (Pemandu Interpretasi), Selasa 28 Oktober 2018. (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Banyuwangi juga ditopang aksesibilitas terbaik. The Sun Rise of Java ini terhubung direct flight dengan poros Jakarta. J

Ada lima penerbangan langsung dalam sehari. Garuda Indonesia sekali dan masing-masing dua kali untuk Citilink, termasuk Nam Air. Waktu tempuh kira0kira 1,5 jam.

“Aksesibilitas menuju Banyuwangi sudah bagus. Ada pilihan tiga maskapai dari Jakarta. Otomatis waktu tempuhnya lebih singkat. Bandingkan dahulu lewat darat, dengan waktu tempuh 30 jam dari Jakarta,” tuturnya lagi.

Marhen menambahkan, dengan mendorong pariwisata, angka kemiskinan menurun drastis.  Ketika sudah mengkumandangkan pariwisata sebagai unggulan, angka kemiskinan di Banyuwangi menurun dari 20, 09 persen menjadi 8,57 persen.

Baca Juga: Maksimalkan Potensi Banyuwangi, Kemenpar Latih Pemandu Wisata

Aksesbilitas pada 2010, menempuh perjalanan 8 jam dari Surabaya ke Banyuwangi. Sekarang hanya dengan 45 menit sudah sampai, dengan mendarat di Bandara Banyuwangi.

”Ada juga pertumbuhan-pertumbuhan yang lain. Jadi yakinlah bahwa pariwisata bisa mengangkat dan mensejahterakan masyarakat. Kami punya 4 kunci meningkatkan kinerja pariwisata dengan 3A dan 2K, yakni akses, amenitas, atraksi, dan K-nya adalah komitmen CEO dan kreatif yang terus memberikan inovasi agar pariwisata berkelanjutan. Begitu juga untuk ekowisata hutan yang bisa terus dikembangkan,” ujarnya.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menambahkan, semua harus cepat dan tepat dalam melaksanakan percepatan pariwisata. Hanya visi, misi dan aksi yang bisa mengubah dunia. Visi tanpa aksi adalah fantasi. Aksi tanpa visi adalah  sensasi, alias kepentingan sesaat saja. Hal ini harus dilakukan juga di ekowisata hutan,” kata Marketeer of The Year 2013 versi MarkPlus itu.

Dia yakin, pendekatan ecotourism adalah benchmark yang paling bagus untuk Sustainable Tourism Development (STD). Itulah yang tengah dikembangkan UN-WTO maupun standar penilaian tour and travel index competitiveness World Economic Forum (WEF).

Pengembangan ekowisata tidak sama dengan mass tourism yang mengejar jumlah wisman. Ecotourism lebih mencari kualitas wisman dengan value yang lebih besar.

Baca Juga: Alas Purwo Banyuwangi akan Dikunjungi Delegasi IMF-World Bank

“Kemenpar mengembangkan kedua konsep itu. Keduanya saling melengkapi, saling mendukung. Kita harus punya destinasi dengan mass tourism. Kita juga terus mengembangkan atraksi untuk high end tourism,” kata Arief.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI