Suara.com - Kepala Kepolisian Indonesia Jenderal Muhammad Tito Karnavian disesak mencopot Kapolda Riau Irjan Nandang dan Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin. Pasalnya, Syafii menganggap kedua kapolda tersebut lalai dalam menjalankan tugas saat kejadian penolakan aksi terhadap para aktivis #2019GantiPresiden.
Anggota Komisi III DPR RI Muhammad Syafii menjelaskan bahwa sikap para aparat kepolisian saat peristiwa penolakan di Pekanbaru yang melibatkan aktivis #2019GantiPresiden Neno Warisman di Pekanbaru, Riau dan Ahmad Dhani di Surabaya tidak mencerminkan sikap kepolisian. Apalagi kata Syafii, Kepolisian RI memiliki tagline Profesional, Moderen, dan Terpercaya (Promoter).
"Kalau polisi konsisten dengan tagline promoter, profesional modern dan terpercaya, itu ulah oknum polisi di Pekanbaru dan Jatim, itu melawan tagline itu," kata Syafii di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Selasa (28/8/2018).
Syafii menganggap kepolisian di Pekanbaru dan Surabaya dianggap tidak mampu menjaga masyarakat yang menggelar deklarasi #2019GantiPresiden. Padahal, menurutnya deklarasi tersebut mencerminkan sebuah ruang bagi masyarakat untuk memperjuangkan haknya mengemukakan pendapat.
Baca Juga: PDIP Mau Bantu #2019GantiPresiden Bikin Spanduk, Ini Syaratnya
"Bahwa menyampaikan pendapat dijamin konstitusi kita. Dijamin UU 39 tahun 99 tentang ham pasal 25. Kemudian dijamin oleh UU 9 tahun 98 dan ada hukuman kepada mereka dengan ancaman atau kekerasan menghalangi warga negara menyampaikan pendapat," ujarnya.
Para aktivis #2019GantiPresiden menyoroti sikap para aparat kepolisian yang menghadang kegiatan deklarasi. Seperti yang diungkapkan oleh Neno Warisman usai dikepung oleh massa yang menghadangnya di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/8) akhir pekan lalu.
Neno Warisman bercerita kala itu pihak aparat keamanan termasuk Kepala BIN Daerah Riau memaksa dirinya untuk kembali ke Jakarta dengan alasan meminimalisir kericuhan. Neno pun menyebut ada tindak kekerasan yang dilakukan oleh pihak aparat kepada rombongannya. Akibat penghadangan tersebut, Neno Warisman sempat terjebak di dalam mobil selama 7 jam.
Perlakuan yang sama dialami oleh Ahmad Dhani di Surabaya, Jawa Timur di hari yang sama. Ia yang datang beserta istri, Mulan Jameela dan anaknya datang ke kota tersebut guna menghadiri acara deklarasi keesokan harinya. Belum juga sampai di acara, pentolan grup band Dewa 19 itu malah terjebak di hotel Majapahit.
Hal itu dikarenakan banyaknya massa yang datang dan melakukan orasi di depan hotel. Dirinya pun mendapat kabar bahwa ancaman sudah diterima pihak gerakan itu sehari sebelumnya. Massa tersebut mengancam akan membakar mobil komando yang akan digunakan untuk acara di hari Minggu.
Baca Juga: PDIP: #2019GantiPresiden Gerakan Kecil yang Dibesar-besarkan
Bukannya membubarkan massa, Ahmad Dhani mengatakan para aparat kepolisian setempat malah menyuruh dirinya untuk kembali ke Jakarta.
"Yang saya heran di sana banyak media dan polisi. Kenapa polisi tidak nangkepin semua orang itu. Masukin (penjara) selesai. Tapi kenapa mereka enggak ditangkap. Justru saya yang diusir suruh pulang dari Surabaya," pungkasnya.