Suara.com - Saat ini, warga Nusa Tenggara Timur (NTT) disebut lebih banyak memilih bekerja di luar negeri ketimbang melestarikan budaya menenun kain yang selama ini menjadi identitas di NTT.
Selain itu, masalah penambangan juga menjadi faktor lain, masyarakat NTT mulai berkurang untuk menenun. Para generasi muda di daerah itu lebih banyak memilih bekerja di luar negeri atau menjadi penambang.
"Banyak potensi di NTT yang bisa dikembangkan, bukan hanya dengan tambang. Namun dengan kain tenun atau kerajinan yang bisa menghasilkan," ujar Aleta Baun saat ditemui di acara diskusi peluncuran buku di daerah Cikini, Jakarta Utara, Selasa (28/8/2018).
Menurut dia, dengan menenun bisa menjadi bentuk perlawan untuk orang-orang yang telah menambang secara ilegal di NTT.
Yang menjadi persoalan dalam produksi tenun yang semakin berkurang di NTT adalah karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap produksi tenun itu sendiri.
Bukan hanya itu, bahan baku dan permasaran merupakan persoalan utama yang juga menjadi masalah besar. Maka dari itu banyak masyarakat yang merasa merugi dengan keadaan itu.
"Filosofi di timur sendiri kami jual apa yang kami bisa buat dan dan kami tidak bisa jual apa yang kami tidak bisa jual. Seperti tanah, hutan dan air," imbuh Aleta. (Imron Fajar)