"Semoga Allah melaknat dia,"
Mardani Ali Sera, Ketua DPP PKS sekaligus penggagas gerakan #2019GantiPresiden, Senin (27/8/2018), mempertanyakan tugas fungsi pokok Badan Intelijen Negara, saat turut andil dalam proses pemulangan aktivis mereka, Neno Warisman.
Apalagi, Mardani sempat mendengar Kepala BIN Daerah Riau Marsekal Pertama (Marsma) TNI Rachman Haryadi memiliki kedekatan dengan salah satu partai politik.
Mardani menjelaskan, BIN seharusnya memahami tupoksi sebagai lembaga negara. Ia menyebut langkah BIN yang turut andil dalam pengadangan Neno Warisman sangatlah tidak bijak.
Baca Juga: Tersangka PLTU Riau-1 Ungkap Aliran Rp 2 M ke Munaslub Golkar
"Kami mendapat banyak info bahwa kepala BIN mungkin memiliki preferensi pada salah satu partai. Menurut saya, ini bukan langkah yang bijak membawa BIN dalam permasalahan 2019 ganti presiden," kata Mardani.
Ketua DPP PKS itu juga kecewa terhadap langkah BIN, yang malah memperlihatkan diri kepada publik. Padahal, menurutnya, tugas BIN lebih banyak ada di belakang layar.
Dirinya mencontohkan, yang seharusnya turun ke jalan menjaga keamanan ialah jajaran kepolisian atau Satpol PP.
"Intelijen yang baik tak pernah diketahui dia itu intel. Intel yang baik sampai 5-10 tahun juga tak ada yang tahu dia intel. Karena tugas dia itu untuk mengetahui siapa otaknya,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Neno Warisman dipaksa pulang dari Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/8) akhir pekan lalu.
Baca Juga: Agar Tenang Bawa 20 Ribu Happy Five, Eks Driver Grab Pakai Sabu
Dirinya sempat membeberkan aksi kekerasan yang dilakukan oleh Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Riau, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Rachman Haryadi sebelum dirinya pulang ke Jakarta.