Neno Warisman Dikasari BIN, Sekjen Gerindra: Dasar Intel Melayu

Senin, 27 Agustus 2018 | 15:23 WIB
Neno Warisman Dikasari BIN, Sekjen Gerindra: Dasar Intel Melayu
Mobil putih yang ditumpangi Neno Warisman masih tertahan di Bandara SSK II Pekanbaru, Sabtu 25 Agustus 2018 malam. [Riauonline]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahmad Muzani Sebut Keterlibatan BIN Dalam Penghadangan Neno Warisman Sebagai Intel Melayu

Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengecam keterlibatan Badan Intelijen Negara daerah Riau, saat warga menolak kedatangan artis lawas sekaligus aktivis #2019GantiPresiden Neno Warisman.

Neno Warisman selama 7 jam tertahan di dalam mobil mewah pada kawasan Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/8) akhir pekan lalu. BIN ikut dalam proses evakuasi Neno Warisman ke pesawat saat itu.

Muzani menilai, keterlibatan BIN dalam penghadangan Neno sebagai 'Intel Melayu'. Dirinya menambahkan, kejadian tersebut sebagai hal menggelikan lantaran kembali terulang utuk kali kesekian.

Baca Juga: SETARA: #2019GantiPresiden Aspirasi Politik, Dijamin UU HAM

Untuk diketahui, istilah “intel melayu” adalah diksi sindiran kepada anggota intelijen yang bukannya merahasiakan jati dirinya, melainkan secara bangga dan terang-terangan tampil sebagai intel.

“Ya itu namanya intel melayu. Menurut saya, kasus yang terjadi terhadap Mbak Neno itu kan sesuatu yang menggelikan, karena peristiwa ini berulang. Di Batam terjadi, terus ini pulang, bolak balik saja kayak begini saja kan,” kata Muzani di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/8/2018).

Muzani beranggapan, BIN dan Polri tak tampak netral dalam kasus tersebut. Padahal, masing-masing individu berhak untuk menyampaikan aspirasinya dalam konteks negara demokratis.

“Ada orang yang menginginkan Jokowi tetap dua periode, ada yang menginginkan Jokowi diganti, ya boleh-boleh saja. Ekspresi itu akan diwujudkan dalam banyak bentuk. Ada yang bentuknya lagu, ada yang bentuknya puisi. Tergantung mau ke mana arahnya. Memuji Jokowi boleh, mengkritik Pak Jokowi boleh, memuji Pak Prabowo boleh, mengkritik Pak Prabowo boleh, kan sama-sama kebebasan itu,” jelasnya.

Muzani juga merasa heran atas pernyataan Polri yang menyebut gerakan #2019GantiPresiden dapat berpotensi menggangu keamanan. Dirinya menyebut, tugas Polri adalah menjaga berjalannya demokrasi.

Baca Juga: Mau Kabur, Napi Tewas karena Jatuh dari Pagar Belakang Kantin

"Bagaimana ceritanya bisa menggangu keamanan? Tugas Polisi kalau ada gangguan mengamankan itu dong," ujar Muzani.

Muzani menilai, Polri dan BIN sudah tidak netral dalam kasus dewasa ini. Muzani mengatakan, tugas Kabinda Marsekal Pertama (Marsma) TNI Rachman Haryadi hanyalah memberi masukan, bukannya ikut bertindak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI