Suara.com - Ketua Komisi I DPR, Abdul Kharis Almashary menyatakan, Badan Intelijen Negara (BIN) tidak seharusnya terlibat terkait aksi penolakan kehadiran aktivis #2019GantiPresiden, Neno Warisman di Pekanbaru, Riau. Ia menilai pengamanan tersebut seharusnya hanya dilakukan oleh pihak kepolisian.
Menurut Abdul Kharis Almashary, seharusnya BIN tidak turut andil dalam penolakan tersebut. Pasalnya, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Intelijen Negara, tidak ada kewajiban BIN untuk menangani kejadian seperti itu.
"Intelijen itu memberikan maupun mengumpulkan informasi kemudian memberikan analisis. Kemudian penggunaan informasi intelejen itu misalnya para pengguna dari Polda, jadi dia tidak boleh bertindak," kata Abdul saat dihubungi wartawan, Senin (27/8/2018).
Namun demikian, Abdul enggan berkomentar saat ditanya soal ketidaknetralan BIN sebagai lembaga intel negara yang turut hadir dalam penghadangan Neno Warisman.
Baca Juga: Nicke Widyawati Dirasa Kurang Berpengalaman Jabat Dirut Pertamina
"Saya tidak mau ke situ, saya tidak mau ke politik. Tapi yang jelas BIN dalam hal intelijen itu fungsinya sesuai Undang-Undang BIN tidak melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya seperti anda sebutkan tadi," ujar Abdul menjelaskan.
Terlebih lagi dirinya belum memperoleh informasi yang valid terkait keterlibatan Kepala BIN Daerah (Kabinda) Riau dalam aksi penghadangan serta pemulangan Neno Warisman.
"Yang pertama berita ini saya belum dapat informasi yang valid tapi kalau ada BIN terlibat seperti itu, itu nggak benar. Karena nggak boleh, BIN harus netral," pungkasnya.
Untuk diketahui, Neno Warisman dipaksa pulang dari Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau pada Sabtu (25/8/2018). Ia terjebak di dalam mobilnya selama hampir 7 jam karena massa memblokir pintu bandara saat Neno akan keluar untuk menghadiri Deklarasi #2019GantiPresiden.
Dirinya sempat membeberkan aksi kekerasan yang dilakukan oleh Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Riau, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Rachman Haryadi sebelum dirinya pulang ke Jakarta.
Baca Juga: #2019GantiPresiden untuk Makar? Ini Jawaban Mardani Ali Sera
Neno mengatakan bahwa Kabinda Marsma TNI Racham sempat menggebrak mobil seraya berteriak dan menarik paksa satu per satu semua dari mobil, kecuali dirinya. Neno sempat diminta keluar dari mobil tanpa menggunakan aksi kekerasan, namun dirinya menolak.