Neno Warisman Ungkap Kebengisan Kepala BIN saat Tertahan di Mobil

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 27 Agustus 2018 | 13:55 WIB
Neno Warisman Ungkap Kebengisan Kepala BIN saat Tertahan di Mobil
Neno Warisman, tertahan di dalam mobil saat menerima sejumlah intimidasi setiba di Pekanbaru, Sabtu, 25 Agustus 2018. [Riauonline]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Neno Warisman, artis lawas sekaligus aktivis #2019GantiPresiden, selama 7 jam “tersandera” di dalam mobil mewah di kawasan Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/8) akhir pekan lalu.

Ia tak bisa keluar dari mobil mewah tersebut, karena warga setempat menolak kedatangan dirinya yang ingin mendeklarasikan gerakan #2019GantiPresiden di Masjid Agung An Nur, Minggu (26/8).

Selain diadang massa, Neno Warisman tertahan di dalam mobil tersebut karena tak dibolehkan aparat kepolisian. Polisi mengatakan, Kapolda Riau Brigjen Eko Widodo Prihastopo tak memberi izin.

Selama tujuh jam lebih Neno di dalam mobil Mercy putih yang seharusnya membawa dia dari Bandara ke penginapan.

Baca Juga: Menteri Yohana Ingatkan Perempuan Aktif di Pemilu 2019

Namun, Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Riau Marsekal Pertama (Marsma) TNI Rachman Haryadi memaksa Neno Warisman untuk kembali ke Jakarta.

Setibanya di Jakarta, Neno mengungkap kronologi pengadangan dan penyanderaan yang dialaminya selama di Bumi Melayu. Pengakuan Neno tersebut beredar di media sosial.

"Saya masih terus memikirkan persekusi ini," ungkap Neno melalui media sosial seperti dikutip Riauonline—jaringan Suara.com, Senin (27/8/2018).

Neno Warisman mengakui tak habis pikir terhadap aparat kepolisian yang tak mampu mengatasi massa berjumlah tidak lebih dari 40 orang itu. Padahal, saat itu, jumlah aparat mencapai ratusan dan berasal dari beberapa satuan berbeda.

"Remaja-remaja yang berteriak, naik pagar gerbang dan berjoget joget, bakar-bakar, lempar mineral ke kaca depan mobil Mercy milik Dokter Diana Tabrani yang menjemput saya," bebernya.

Baca Juga: Sofyan Basir Bakal Diperiksa KPK Terkait Kasus Idrus Marham

Anehnya, kata Neno, kendati massa aksi yang di depan gerbang bandara itu sudah bubar, dirinya tetap dikurung di dalam mobil.

Aktivis yang kerap disapa Bunda Neno itu bercerita, hingga pukul 21.00 WIB, saat pesawat akhir pulang, ia tetap ditahan.

"Karena perintahnya adalah saya harus diterbangkan pulang ke Jakarta. Artinya yang seharusnya rahasia nama penumpang dan seterusnya, tidak berjalan," kata dia.

Bertahan di dalam mobil selama nyaris 7 jam, hingga pukul 21.00 WIB begitu banyak yang dialami Neno Warisman.

"Ditemani oleh sang pemilik mobil yang rusak pastinya oleh hujan batu yang dilemparkan oleh siapa entah (dari mana batu cukup besar besar itu di bandara?) dr Diana Tabrani dan Pak Luqman, saya tetap memilih bertahan," tulisnya.

Menurut Neno Warisman, dua orang dari tim kerja #2019GantiPresiden sempat diseret ke Polres dan seorang lagi dikejar oleh sepuluh orang.

"Dikeroyok dan saya hanya dengar seruan Allahu Akbar nya berulang ulang sampai punggungnya menempel di kaca mobil. Lalu dibawa," lanjutnya.

Setelah pukul 21.00 WIB, di mana seharusnya pesawat terakhir diberangkatkan, ungkap Neno, Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Riau, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Rachman Haryadi menggebrak mobil seraya berteriak dan menarik paksa satu per satu semua dari mobil, kecuali dirinya.

"Kecuali saya yang tetap bertahan, dan minta pada para polwan berpakaian bebas untuk tidak memperlakukan saya dengan buruk," sambungnya.

Polwan kemudian, kata Neno, memaksanya keluar namun tidak kasar. Bahkan, beberapa di antara membawa roti untuknya.

Namun, Neno Warisman menolak karena yang ia inginkan saat itu adalah kebenaran, keadilan, dan hukum yang tidak digunakan semena-mena.

"Saya tidak suka kekerasan itu. Saya tegas katakan dan tidak perlu paksa saya beberapa kali pada mereka," jelasnya.

Seusai dibawa oleh polisi, Neno mengakui ditipu. Ia mengaku dibawa oleh mobil yang janjinya mengantarkan ke hotel. Namun ternyata, bukan hotel tujuan mobil itu, tapi pesawat. Dan sekali lagi, saat itu, kata Neno, Kabinda melakukan kekerasan pada para lelaki.

"Bahkan seorang presidium diseret-seret paksa oleh 5 orang melalui naik tangga sampai ke garbarata," kata Neno.

Sementara Neno yang diliputi kekhawatiran masih berusaha menghubungi teman-teman seperjalanannya untuk mengetahui keberadaan mereka.

Akhirnya, pukul 24.00 WIB Neno tiba di Jakarta. Setibanya di ibu kota, dua sahabat relawan menjemput Neno Warisman dan membawakan lontong isi.

"Saya senang bisa makan dan minum setelah 7 jam di dalam mobil tanpa sesuatu pun," tulisnya.

Di perjalanan pulang, Neno Warisman masih saja mengingat rangkaian peristiwa yang dialaminya dan terus terngiang kata-kata dr Diana Tabrani yang menemaninya.

“Kami mbak Neno, Orang Melayu, dan orang Melayu itu amat sangat memuliakan tamu. Mbak Neno tamu saya, tamu kami semua, saya malu di tanah Melayu terjadi hal seperti ini,” kenang Neno menirukan ucapan Diana.

Berita ini kali pertama diterbitkan Riauonline.co.id dengan judul “Neno Warisman Ungkap Kronologi Pengadangan Di Bandara SSK II”

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI