Suara.com - Neno Warisman, artis lawas sekaligus aktivis #2019GantiPresiden, selama 7 jam “tersandera” di dalam mobil mewah di kawasan Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/8) akhir pekan lalu.
Ia tak bisa keluar dari mobil mewah tersebut, karena warga setempat menolak kedatangan dirinya yang ingin mendeklarasikan gerakan #2019GantiPresiden di Masjid Agung An Nur, Minggu (26/8).
Selain diadang massa, Neno Warisman tertahan di dalam mobil tersebut karena tak dibolehkan aparat kepolisian. Polisi mengatakan, Kapolda Riau Brigjen Eko Widodo Prihastopo tak memberi izin.
Selama tujuh jam lebih Neno di dalam mobil Mercy putih yang seharusnya membawa dia dari Bandara ke penginapan.
Baca Juga: Menteri Yohana Ingatkan Perempuan Aktif di Pemilu 2019
Namun, Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Riau Marsekal Pertama (Marsma) TNI Rachman Haryadi memaksa Neno Warisman untuk kembali ke Jakarta.
Setibanya di Jakarta, Neno mengungkap kronologi pengadangan dan penyanderaan yang dialaminya selama di Bumi Melayu. Pengakuan Neno tersebut beredar di media sosial.
"Saya masih terus memikirkan persekusi ini," ungkap Neno melalui media sosial seperti dikutip Riauonline—jaringan Suara.com, Senin (27/8/2018).
Neno Warisman mengakui tak habis pikir terhadap aparat kepolisian yang tak mampu mengatasi massa berjumlah tidak lebih dari 40 orang itu. Padahal, saat itu, jumlah aparat mencapai ratusan dan berasal dari beberapa satuan berbeda.
"Remaja-remaja yang berteriak, naik pagar gerbang dan berjoget joget, bakar-bakar, lempar mineral ke kaca depan mobil Mercy milik Dokter Diana Tabrani yang menjemput saya," bebernya.
Baca Juga: Sofyan Basir Bakal Diperiksa KPK Terkait Kasus Idrus Marham
Anehnya, kata Neno, kendati massa aksi yang di depan gerbang bandara itu sudah bubar, dirinya tetap dikurung di dalam mobil.