"Saya sangat menghargai mereka yang tak kenal letih berusaha untuk masa depan, bukan hanya mengumpulkan pundi-pundi rupiah tapi juga pundi-pundi ilmu yang pasti berguna hingga akhir hayat," ucapnya.
Selain modal uang, semua PMI harus terus membekali diri dengan ilmu yang bermanfaat, agar ketika kembali ke kampung halaman dapat membangun hidup yang lebih baik.
"Entah dengan berwirausaha ataupun dengan bekerja pada perusahaan besar dengan ilmu yang didapat di selama kuliah, serta keterampilan dan pengalaman yang di dapat selama bekerja di Korsel," ujarnya.
Dari 39.186 WNI di Korea Selatan, 32.567 di antaranya adalah Pekerja Migran dengan rentang usia antara 19 sampai 35 tahun. Saat ini baru satu persen dari pekerja migran memanfaatkan kesempatan belajar di Universitas Terbuka Korea melalui sistem belajar jarak jauh.
Baca Juga: Rifki Ardiansyah, Prajurit TNI Penyumbang Emas dari Karate
"Saya harap acara wisuda hari ini bisa memotivasi PMI lainnya untuk memanfaatkan kuliah di UT, sehingga kedepannya minimal 10 persen PMI bisa ditargetkan untuk kuliah," katanya.
Hal ini juga merupakan solusi bagi pekerja migran sehingga mereka tidak takut pulang ke Indonesia saat kontrak kerja habis, karena sudah mempunyai bekal pendidikan dan pengalaman yang memadai, ujar Dubes.
UT Korea aktif berkegiatan sejak tahun 2011 dengan inisiasi anggota Persatuan Pelajar Indonesia di Korea Selatan (PERPIKA). Pada 2014, UT Korea terdaftar secara resmi sebagai NGO di Korea memungkinkan UT Korea mendapatkan berbagai fasilitas dari Pemerintah Korsel.
Selama tujuh tahun berdiri, lebih dari 1000 mahasiswa sebagian besar Pekerja Migran Indonesia bergabung menimba ilmu di UT Korea.
Saat ini, UT Korea melibatkan 49 mahasiswa S2 dan S3 sebagai tutor per semesternya. Sejauh ini UT Korea berhasil meluluskan 96 mahasiswa. Banyak dari mereka yang karena masa kerja di Korsel habis tak sempat menamatkan kuliahnya, namun sebagian besar melanjutkan di Tanah Air.
Baca Juga: BMKG : Jakarta Diprediksi Cerah - Berawan Pagi hingga Malam