Suara.com - Aliansi Persaudaraan Lintas Iman Suroboyo, menyelenggarakan peringatan 100 hari tragedi ledakan bom yang mengguncang Kota Surabaya, tepatnya pada Minggu (13/5/2018) lalu.
Acara yang digelar di Warung Mbah Cokro, Jalan Prapen Surabaya menghadirkan tokoh-tokoh Lintas Iman. Acara tersebut juga diisi dengan pagelaran seni budaya nusantara dan refleksi tokoh-tokoh agama.
Anita Wahid, putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyampaikan, pertemuan tokoh-tokoh Lintas Agama ini berangkat dari tragedi yang menyayat kita sebagai satu bangsa atas tragedi bom pada 13 Mei 2018.
"Atas tragedi itu, bukan berarti kita tidak bisa bangkit. Kita ingin menunjukkan apa yang dilakukan oleh mereka (bomber) tidak bisa merusak persaudaraan kita antar umat beragama," tegas Anita yang juga Director at Wahid Institut, Jumat (24/8/2018) malam.
Baca Juga: 283 Teroris Ditangkap Pasca Bom Surabaya
Untuk itu, tambah putri ke-3 Gus Dur ini, dalam acara tersebut juga dilakukan deklarasi Hari Persaudaraan Sejati.
"Hari ini kita mempergunakannya untuk bangkit dan menjadikannya Hari Persaudaraan Sejati," cetusnya.
Dijelaskan Anita, tragedi itu mengingatkan bahwa kita sudah kehilangan makna sebagai saudara.
"Mereka lupa bahwa yang berbeda itu tetap satu saudara. Untuk itu, mari kita kembali mengingat apa yang diajarkan oleh orangtua kita. Selalu bertanya, tabayyun dan menahan diri agar tidak terjadi kemarahan yang memuncak," pungkasnya.
Untuk diketahui, teror bom yang hampir bersamaan terjadi di Surabaya pada Minggu (13/5/2018). Ditariarto (47) dan istrinya, Puji Kuswati, mengajak serta keempat anaknya untuk melakukan bom bunuh diri. Alhasil, Dita, Puji, dan empat anaknya tewas dalam aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya.
Baca Juga: Pasca Bom Surabaya, Densus 88 Tangkap 242 Terduga Teroris
Dita melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat, Surabaya. Puji bersama FS dan PR membom Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro, Surabaya.
Sedang dua anak lelaki mereka disuruh mengebom Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya.
Kontributor : Achmad Ali