Ruang Prioritas Ibu Pasca Melahirkan di Lombok Masih Minim

Jum'at, 24 Agustus 2018 | 22:52 WIB
Ruang Prioritas Ibu Pasca Melahirkan di Lombok Masih Minim
Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan pada Situasi Darurat dan Kondisi Khusu, Nyimas Aliyah, di Gedung Kemen PPPA, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (24/8/2018). [suara.com/Lily Handayani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan pada Situasi Darurat dan Kondisi Khusus, Nyimas Aliyah, menyampaikan hingga saat ini masih banyak sekali kendala dalam menangani masalah penanganan bencana gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Salah satunya adalah fasilitas untuk ibu yang baru melahirkan. Nyimas Aliyah menyatakan bahwa jumlah ibu yang melahirkan saat ini sebanyak 136 ibu dan semuanya selamat. Namun, ruangan untuk pemulihan mereka masih minim,

“Tapi sekarang ini mereka bayi-bayinya sangat kasihan. Mereka berada di tenda-tenda yang panas. Ibu yang habis melahirkan bayinya, itu harusnya ada di ruangan yang agak prioritas lah ya," ujar Nyimas Aliyah di Gedung Kemen PPPA, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (24/8/2018).

"Karena untuk tumbuh kembangnya juga. Kasihan sekali mereka harus berada ditenda tenda yang bercampur," sambung Nyimas Aliyah.

Baca Juga: Tak Benar Anggaran Gempa Lombok Rp 38 miliar, Tapi Rp 4 Triliun

 Nyimas Aliyah di Gedung Kemen PPPA, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (24/8/2018). [suara.com/Nyimas Aliyah]
Nyimas Aliyah di Gedung Kemen PPPA, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (24/8/2018). [suara.com/Nyimas Aliyah]

Kalau dibilang mendesak, ungkapnya, semuanya medesak, tapi Kementerian PPPA hanya terfokus pada segi perlindungan perempuan, anak, dan kelompok rentan. Nyimas Aliyah menambahkan, semua layanan itu tentu berbeda-beda, bahkan kebutuhan bagi penyandang disabilitas.

“Jadi kalau pertama kita datang itu lebih kepada kubutuhan makan dan minum. Nah, kalo pasca ini sudah mulai kebutuhan-kebutuhan pakaian yang katanya seminggu ada yang belum ganti. Kita drop pakaian pakaian dalam,” ungkapnya.

Selain itu, Nyimas Aliyah juga menyampaikan bahwa jumlah psikolog disana sangat minim dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan yang ada.

“Jumlah psikolog juga sangat terbatas. Bandingkan itu 173 ribu loh perempuan yang di pengungsian sekarang. Jumlah 173 itu sebelum gempa yang tanggal 19 lalu,” tutur Nyimas Aliyah.

Baca Juga: Jokowi Teken Inpres Penanganan Gempa Lombok

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI