Suara.com - Badan pemberian penghargaan Freedom of Edinburgh menyatakan mencabut pemberian gelar kehormatan yang telah diberikan kepada Aung San Suu Kyi pada 2005, sehubungan penolakannya untuk mengutuk kekerasan terhadap Rohingya di Myanmar. Demikian dilansir The Guardian.
Bersama pencoretan ini, telah ada tujuh gelar dari Britania Raya yang diambil kembali darinya kurun setahun terakhir. Selain Freedom of Edinburgh, masih ada Oxford, Newcastle-upon-Tyne, dan Glasgow. Ditambah pencabutan status Honourary President dari LSE Union dan UNISON.
Sementara dari luar Britania Raya, profil gelar tinggi yang dicabut dari istri pakar pendidik Universitas Oxford, almarhum Michael Aris ini adalah Penghargaan Elie Weisel, Museum Holocaust Amerika Serikat, dianugerahkan pada 2012.
Pemberian penghargaan dari Freedom of Edinburgh sendiri diberikan pada 2005, sebagai tanda hormat kepada peraih Nobel Perdamaian 1991 itu. Aung San Suu Kyi dinilai memiliki peran demikian besar dalam memperjuangkan perdamaian dan demokrasi di Myanmar (saat itu Burma) meski berstatus tahanan rumah.
Baca Juga: Hari Kelima Asian Games 2018 Perebutkan 42 Medali Emas
Saat itu, wakil panitia penghargaan, Lord Provost of Edinburgh membandingkan Suu Kyi dengan Nelson Mandela, dan menyatakannya sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan lewat cara damai atau non-kekerasan.
Kini, Aung San Suu Kyi yang telah menjadi konselor di Myanmar berulang kali menolak berbicara tentang tindak kekerasan oleh militer terhadap Rohinga di negara bagian Rakhine. Ia menyalahkan terorisme serta melakukan kritik kepada dunia luar yang hanya ingin memilih permasalahan dalam negeri bangsanya.
Lord Provost Edinburgh yang sekarang, Frank Ross, telah menulis surat kepada Aung San Suu Kyi pada tahun lalu, meminta keberanian dari ibu Kim Aris dan Alexander Aris itu agar memberikan izin bagi etnis Rohingya untuk kembali ke negara bagian Rakhine. Merasa tidak ditanggapi semestinya, inilah langkah terakhir: mencabut gelar kehormatan.