Lombok Gempa Lagi, Menpar Kembali Aktivasi Tim Crisis Center

Selasa, 21 Agustus 2018 | 09:47 WIB
Lombok Gempa Lagi, Menpar Kembali Aktivasi Tim Crisis Center
Menpar Arief Yahya. [Dok. Kemenpar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lombok baru saja menuju recovery, tapi Minggu (19/8/2018), terjadi enam gempa susul-menyusul.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, segera mengecek situasi Lombok International Airport (LIA), dan mendapati laporan GM bandara, I Gusti Ngurah Ardita, bahwa jumlah pengunjung terminal mulai meningkat.

“Sekarang rata-rata, 4.500-an passangers, dari normalnyan 5.000 sampai 6.000 penumpang,” ucap Arief.

Arief juga membagikan pesan di WA Group Crisis Center Kemenpar, "Alert, pukul 21.56 gempa dengan 7.0 SR, pukul 22.16 gempa 5.6 SR, dan pukul 22.28 gempa berkekuatan 5.8 SR."

Baca Juga: Gempa Lombok, Presiden Minta Segala Masalah Diselesaikan Cepat

“Aktifkan Crisis Center, pantau 3A, Akses, Amenitas, Atraksi,” katanya, yang langsung direspons oleh tim Manajemen Krisis Kepariwisataan Kemenpar.

Fokus TCC Kemenpar memang tidak jauh-jauh dari customers, wisatawan, baik mancanegara maupun Nusantara. Satu hal  yang dicek pertama ketika terjadi bencana adalah fasilitas publik pendukung pergerakan wisman, yakni akses.

“Bandara, pelabuhan, dermaga, terminal bus, jalan, infrastruktur dasar dan utilitas dasarnya,” sebut Arief.

Setelah dipastikan semua akses tidak terpengaruh, langkah berikutnya adalah minta maskapai penerbangan, airport, Airnav untuk menambah jumlah pesawat, menambah jam operasional bandara, menambah slots time untuk pesawat landing dan take off.

“Ini yang sudah dilakukan saat bencana lalu,” ungkapnya.

Menpar yakin, manajemen crisis tourism  mirip dengan telekomunikasi. Setiap terjadi bencana, selalu ada permintaan yang melonjak tajam dari lokasi bencana. Ada yang memberi kabar terkini, suasana, kondisi kesehatan, posisi, dan sebagainya.

“Di tourism juga sama. Orang cenderung akan berpindah ke lokasi wisata yang lebih aman dulu. Nah, kita sediakan akses yang besar agar merasa nyaman dan aman,” ujar Arief.

Amenitas, atau tempat penginapan adalah bagian lanjutan yang dicek oleh Tim CC Kemenpar. Bagaimana kondisinya? Berapa kapasitas kamar yang masih siap dihuni? Berapa yang berbahaya dan harus menunggu renovasi? Semua harus dijaga, agar memenuhi standar safety and security.

Atraksi adalah bagian yang paling akhir dicek lagi. Bagaimana suasana atraksi? Sudah bisa dikunjungi atau belum? Masih bagus ada yang rusak? Membahayakan wisatawan atau tidak?

“Lombok sebenarnya masih tanggap darurat dari gempa pertama, tetapi pariwisata harus menjemput dan segera melakukan percepatan recovery, karena promosi sekarang hasilnya tidak bisa didapatkan sekarang juga,” kata Arief.

Tiga gempa dari enam kali guncangan cukup terasa. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Kementerian ESDM juga langsung memberikan pernyataan.

Mereka mengimbau masyarakat agar tetap tenang, mengikuti arahan pemerintah dan BPBD NTB. Yang terpenting, jangan terpancing oleh isu, hoaks dan kabar bohong yang mudah viral di saat panik.

Yang perlu diwaspadai adalah retakan tanah pada permukaan Bumi dan longsoran. Masyarakat diminta bersabar dan berada di tempat terbuka, karena rata-rata bangunan lama memang tidak di desain tahan gempa di atas 6 SR.

“Khusus Lombok, karena destinasi wisata prioritas, atau masuk 10 Bali Baru, maka Kemenpar pun melakukan pemantauan khusus,” jelas Menpar.

Tim CC diketuai Guntur Sakti, Karo Komblik Kemenpar, lalu di Mataram oleh Lalu Muhammad Faozal, Kadispar NTB, dan Sekretariat Kemenpar oleh Dessy Suryaningrat, Kabag Krisis Kepariwisataan Komblik. Tiap hari minimal 3 kali up date situasi terkini dan menyusun langkah strategis cepat dan darurat.

Tim Crisis Center juga melaporkan, BMKG mencatat dampak gempa bumi di beberapa tempat, yang digambarkan dalam intensitas gempa pada skala MMI (Modified Mercalli Intensity), yakni Lombok utara, Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa Besar, Rinjani, Gunung Tambora, Gunung Agung dan Gunung Sangeang Api.

REKOMENDASI

TERKINI