"Dua minggu, mungkin lebih ya, saya ditugaskan untuk menjaga kebersihan di sekitaran GBK dengan status relawan," kata Darmawan saat bertugas di Jalan Pintu Satu Senayan.
Ia mengakui bersemangat sekaligus bangga, karena ditugaskan sang atasan untuk menjadi relawan kebersihan di arena Asian Games 2018.
Bagi orang kecil seperti Darmawan, mendapat tugas mengangkut sampah pada ajang olahraga tertinggi se-Asia itu adalah sejarah yang bisa ia ceritakan secara bangga kepada siapa pun.
Darmawan mengakui malu kalau melihat banyak sampah di kawasan GBK. Bukan sampah alami seperti dedaunan, melainkan plastik minuman, makanan, dan lainnya yang dibuang sembarangan oleh pengunjung.
Baca Juga: Mulai September, Kendaraan Militer Beralih Pakai Bensin Biodiesel
"Kita merasa malu lah, apalagi ini yang datang banyak dari mancanegara. Sebagai tuan rumah kan malu kalau kotor. Paling sering saya temui sampah bekas kotak makanan dan botol bekas minuman. Itu buruan saya yang utama," ujarnya.
"Mbak lihat sendiri deh tuh bekas botol minum digeletakin gitu aja. Belum lagi kotak-kotak makan yang bekas nasi boks itu juga banyak banget," tuturnya, sembari menunjuk ke salah satu sampah yang berada di trotoar.
Darmawan mengakui, ada pula boks bekas makanan yang berserakan dibuang oleh relawan lain.
Tapi dirinya tak melakukan hal yang sama. Sebab, ia sendiri tak pernah mendapat jatah makan saat bekerja sebagai relawan di sana.
"Ya, itu bekas, mungkin dari relawan-relawan lain, atau petugas kepolisian yang dikasih jatah makan. Untuk makan saya hari ini belum tahu. Ya, saya sih mencoba loyal (setia) saja, karena dari kemarin tidak ada (pemberian) apa-apa. Mungkin kalau aparat dikasih ya. Dari instansi saya tuntutannya cuma bagaimana lingkungan GBK itu steril dari sampah," jelasnya.
Baca Juga: Isu Mahar Politik Sandiaga, Andi Arief Tak Jadi Diperiksa Bawaslu
Bekerja tanpa jatah makan tak melunturkan kebanggaan Darmawan sebagai personel yang menyukseskan Asian Games 2018.