Tangis Rachmawati Pecah Saat Pidato 'Vivere Pericoloso'

Jum'at, 17 Agustus 2018 | 12:09 WIB
Tangis Rachmawati Pecah Saat Pidato 'Vivere Pericoloso'
Rachmawati bersama Titiek Soeharto dan Sandiaga Uno saat HUT Kemerdekaan di Universitas Bung Karno, Jumat (17/8/2018). (Suara.com/Nikolaus Tolen)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Dewan Pendiri Yayasan Pendidikan Bung Karno, Rachmawati Soekarnoputri menyampaikan pidato kebangsaan dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-73 di Universitas Bung Karno.

Dengan mengutip pidato yang disampaikan oleh Bung Karno sebagai Bapak Proklamator Indonesia, Rachmawati menilai Indonesia sudah berada di ambang kehancuran. Karenanya dia menyebut tahun ini adalah Tahun Vivere Pericoloso. Ia pun tampak menangis saat menyampaikan pidatonya tersebut.

"Pada peringatan kemerdekaan RI ke-73 ini, saya menyebutnya sebagai tahun Vivere Pericoloso yang pernah dipidatokan oleh Bung Karno pada tanggal 17 Agustus Tahun 1945. Artinya, tahun kita menyerempet berbahaya atau a year of living dangerously," kata Rachmawati dalam sambutan Upacara Peringatan HUT RI ke-73 di Universitas Bung Karno, Jalan Kimia, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (17/8/2018).

Putri kedua Soekarno tersebut mengatakan, bahwa ayahnya pernah mengatakan kemerdekaan dari penjajahan kolonialisme adalah sebagai jembatan emas yang akan mengantar rakyat Indonesia. Namun, jembatan emas tersebut tidaklah cukup, sebab di ujungnya terdapat dua pilihan.

"Sebagaimana dikatakan Bapak Proklamator Soekarno bahwa kemerdekaan Indonesia hasil perlawanan kolonialisme, dan Bung Karno mengatakan, saya ingatkan kembali bahwa proklamasi merupakan jembatan emas menuju keterwujudan masyarakat yang adil dan makmur," ujar Rachmawati.

"Di seberang jembatan emas ini ada dua jalan, rakyat Indonesia harus pandai-pandai memilih, jalan pertama adalah jalan sama rasa, sama bahagia. Kedua, masyarakat yang sama ratap dan sama tangis," tambah Rachmawati Soekarnoputri.

Karenanya, dia berharap pada Pilpres 2019 mendatang, rakyat Indonesia dipimpin oleh orang bisa membawa kesejahteraan bagi Indonesia.

"Rakyat Indonesia harus memilih pemimpin yang tahu persis apa yang disebut amanat penderitaan rakyat," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI