“Jadi faktor pertama adalah kesalahfahaman terhadap agama, terutama karena kesalahan pendekatan dalam memahami kitab suci,” katanya.
Tapi, lanjut dia, radikalitas itu juga dipicu oleh faktor-faktor non agama. Terutama jika ada ketidakadilan atau kesenjangan baik sosial ekonomi bahkan politik.
“Nah ini yang kemudian harus kita pandang sebagai fenomena umum sebab kalau bisa radikalitas itu di sasarkan kepada kelompok tertentu saja, itu justru akan mendorong reaksi yang kadang kala bersifat radikalitas atau bersifat radikal,” jelasnya.
Ia menerangkan jika sejauh ini umat Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat. Kestabilan di negara Indonesia saat ini, menurut dia, merupakan salah satu bukti jika Islam di Indonesia itu moderat dan memiliki toleransi yang tinggi.
“Justru ini yang saya maksudkan tadi, jangan isu radikalitas itu hanya dikenakan pada umat Islam. Ini sikap yang tidak moderat,” katanya.