"Paling banyak keluhannya itu ISPA dan diare," kata Marjito.
Ada sejumlah penyebab sehingga para pengungsi ini diserang penyakit, antara lain lingkungan yang tidak bersih, minimnya ketersediaan air bersih dan tidak adanya fasilitas MCK yang memadai di lokasi pengungsian.
"Inilah mengapa saat ini banyak warga yang mulai mengindap penyakit dan ini menjadi pekerjaan rumah (PR) buat kita bersama untuk memecahkannya," ucapnya.
Marjito menyebutkan, saat ini total pengungsi di Kabupaten Lombok Utara mencapai 150 ribu orang. Terdiri dari orang tua, anak-anak, bayi dan balita serta para lansia. Dengan banyaknya pengungsi tersebut pihaknya perlu melakukan antisipasi. Sehingga yang sehat tidak pengaruh dan tidak terkena dampak penyakit.
Baca Juga: Gadis Cantik Ini Kerap Kunjungi Napi Pembakar 1 Keluarga di Lapas
Sementara untuk kebutuhan obat-obatan, menurutnya, sudah terkecupi. Hanya saja, persediaan obat-obatan untuk jenis tertentu belum tersedia.
Sedangkan, untuk posko kesehatan, pemerintah telah menyediakan sejumlah posko kesehatan dengan harapan pelayanan kesehatan bisa tetap normal.
"Untuk Lombok Utara saja ada 8 pos kesehatan yang kita dirikan. Tapi kita juga dapat bantuan rumah sakit terapung KRI Suharso. Termasuk rumah sakit rujukan seperti RSUP NTB, RSUD Kota Mataram, Bhayangkara, Risa, RS Jaka, RS slam, RS Tripat Gerung, rumah sakit angkatan darat," jelas Marjito.
Ia menyatakan dalam penanganan kesehatan pada masa tanggap darurat ini, pihaknya juga diperkuat 171 dokter spesialis, mulai bedah anak, bayi dalam kandungan, psikiater, ortopedi. Kemudian 228 dokter umum perawat 255, bidan 38, psikolog dan non medis 268 orang.
"Mereka ini kita sebar di 1.004 pos kesehatan di Lombok Utara, termasuk RSUP provinsi dan rumah sakit lapangan," tandasnya.
Baca Juga: Mundur dari Menteri, Asman Abnur : Nanti Kita Ketemu di Senayan