Suara.com - Jokowi lebih memilih Ketua Majelis Ulama Indonesia Maruf Amin sebagai bakal calon presiden pendampingnya untuk Pilpres 2019, ketimbang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
Sejumlah pihak menyayangkan keputusan Jokowi tersebut. Sementara Mahfud MD sendiri mengakui kaget atas keputusan Jokowi tersebut, meski tak kecewa.
Taufiqulhadi, tim sukses Jokowi - Maruf, menyebut “drama” tersebut hal yang biasa dalam dunia politik. Ia mengatakan, setiap orang yang terjun ke politik harus siap menerima konsekuensi apa pun.
"Dalam dunia politik itu bisa mati berkali-kali. Karena itu, ketika seseorang masuk ke dunia politik, mereka harus siap mati dan bangkit lagi," kata Taufiq di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2018).
Baca Juga: 5 Hal yang Wajib Diwaspadai Timnas Indonesia U-16 dari Thailand
Taufiq mengatakan, komunikasi yang terjalin antara Mahfud MD dengan partai-partai koalisi pendukung Jokowi belum terbangun baik. Itulah yang menjadi alasan Mahfud MD tak terpilih menjadi cawapres.
"Sebenarnya, komunikasi Mahfud MD belum terselesaikan secara baik setidaknya dengan dua partai, yakni Partai Golkar dan PKB,” ungkapnya.
Taufiq menjelaskan, Mahfud sebelumnya telah diingatkan oleh Jokowi untuk menjalin komunikasi lebih intens dengan partai-partai pendukung, terutama PKB dan Golkar.
"Jokowi mengingatkan ada satu sampai dua partai yang anda (Mahfud) harus komunikasi. Pak Mahfud MD sudah paham, tetapi mungkin belum terkomunikasi sepenuhnya," tutur Taufiq.
Baca Juga: Latihan Timnas Dijaga Ketat, Jurnalis Sempat Dilarang Meliput