Suara.com - Pengamat politik Lingkar Madani Ray Rangkuti menyebut peluang pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno lebih besar untuk menggaet massa. Dirinya menyebut figur Sandiaga Uno mampu menarik suara pemilih, khususnya pemilih milenial.
Ray berpendapat jika figur Sandiaga tidak terlebel simbol-simbol agama. Terlebih Sandiaga juga bukan merupakan tokoh yang memiliki kecenderungan keagamaan.
"Potensi Prabowo - Sandiaga lebih banyak peluang menarik massa. Kalau dilihat yang sektor tengah, ingin pemilih milenial, kelompok kelas menengah, figur Sandiaga bisa masuk kesini," kata Ray di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2018).
Lain halnya dengan K.H Ma'ruf Amin yang menjadi Calon Wakil Presiden pendamping Joko Widodo (Jokowi). Ray berpendapat jika figur Ma'ruf Amin tidak memiliki daya tarik di kalangan massa tengah.
"Sementara Pak Ma'ruf Amin tidak punya daya tarik pada massa tengah ini. Jadi yang bisa dikondisikan Pak Ma'ruf Amin adalah mengkondisikan saja orang-orang yang sudah menentukan pilihannya," jelasnya.
Ray berpendapat bahwa figur Sandiaga sebagai pendamping Prabowo mampu menjadi solusi bagi Ketua Umum Partai Gerindra tersebut untuk mendulang pilihan pada massa tengah. Lain halnya dengan figur Ma'ruf Amin yang dinilai akan menimbulkan resiko massa tengah akan menunda pilihannya.
"Jelas Prabowo lebih unggul karena Sandiaga itu anak muda, energik, dan lainnya. Ini akan lebih menarik untuk kelompok milenial. Sementara Ma'ruf Amin sudah sepuh mungkin ide-idenya tidak ada yang baru, apalagi Sandiaga mengaplikasikan itu dengan meninggalkan jabatannya sebagai wakil gubernur," tutur Ray.
Ray juga menilai figur Ma'ruf Amin kurang menarik lantaran masih menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia. Hal itu akan membuat massa pemilih, khususnya kalangan milenial akan meninggalkan.
"Sementara Ma'ruf Amin masih menjabat sebagai ketua MUI maupun Rais Aam PB NU. Itu akan melekatkan bahwa Ma'ruf Amin memang kurang menarik. Gaya politiknya orba banget. Bisa menjabat empat sampai lima jabatan. Jabatan dia juga strategis bukan ecek-ecek. Jadi itu tipikal politisi jaman orba," tandasnya.