Suara.com - Impian Tarijah untuk bisa menjejakkan kaki ke tanah suci Mekkah dan Madinah, Arab Saudi, akhirnya terwujud.
Warga Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, yang sehari-harinya berjualan nasi aking, Senin (6/8) malam, berangkat untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah bersama Kelompok Terbang (Kloter) 59 Embarkasi Surabaya.
Nenek berusia 73 tahun itu mengakui menabung bertahun-tahun demi mewujudkan impian menunaikan rukun Islam yang kelima.
"Saya punya keinginan naik haji sejak suami saya meninggal dunia karena sakit pada tahun 2003," kata Tarijah, saat ditemui Antara di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menjelang keberangkatannya ke Tanah Suci.
Baca Juga: Mobil Dinas Sri Mulyani Pajaknya Mati, Kemenkeu : Sudah Dibayar
Nenek yang kini tinggal bersama seorang cucunya itu tidak menyangka keinginannya selangkah lagi bisa terwujud.
"Saya punya seorang anak, sudah meninggal dunia karena sakit stroke. Dia meninggalkan seorang anak yang sampai sekarang hidup menemani saya," katanya.
Keseharian hidup nenek Tarijah tergolong pas-pasan. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya terbilang sangat sederhana.
"Untuk memasak sehari-hari saja menggunakan tungku kayu bakar," ucapnya.
Sehari-harinya, Tarijah bertahan hidup dengan berjualan nasi aking di Pasar Wage, Nganjuk. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari tempat tiggalnya.
Baca Juga: Korban Tewas Gempa Lombok Tembus 105 Orang, Mungkin Bertambah
"Ke pasar itu tiap hari saya jalan kaki, pulang-pergi," katanya.
Pada lapak tempatnya berjualan, Tarijah juga menjajakan buku-buku dan koran bekas, selain kayu arang, dan botol bekas.
Penghasilannya tidak tentu, kalau ramai bisa mencapai Rp100 ribu. "Kalau kadung sepi ya tak dapat uang sama sekali," ujarnya.
Sedikit demi sedikit penghasilannya disisihkan untuk ditabung. Dia menyimpannya di bawah kasur tempat tidur kamar rumahnya. Kalau pergi berjualan, dia mengunci rapat-rapat pintu kamar rumahnya.
"Saya tidak tahu caranya menyimpan uang di bank," katanya.
Hingga uang tabungannya yang disimpan di bawah kasur terkumpul Rp 20 juta di tahun 2010, Tarijah langsung membawanya untuk mendaftar haji.
"Saat itu masih kurang Rp 5 juta. Saya berhutang kepada seseorang untuk menutup kekurangannya. Saya cicil selama delapan tahun. Alhamdulillah sekarang sudah lunas semuanya," katanya.
Wajah Tarijah tampak berseri-seri saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, seakan tidak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Tanah Suci.
Sebentar lagi, nenek penjual nasi aking itu menyandang gelar hajjah, setelah selesai memenuhi rukun Islam kelima.