Suara.com - Akhir bulan silam, di Athena, Yunani, telah terjadi tindak pengusiran terhadap duta besar Rusia dengan serangkaian tuduhan. Yaitu aksi suap terhadap beberapa pejabat lokal, serta keberadaan Negara Beruang Merah sebagai dalang bergabungnya Republik Makedonia Utara dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Senin lalu (07/08/2018), di Kremlin, pusat pemerintahan Rusia mengadakan tindak balasan, dengan memanggil Andreas Friganas, Duta Besar Yunani untuk Rusia, dan melayangkan sebuah nota berisikan pesan "balasan dari Rusia".
Kantor berita Rusia, RIA Novosti melansir, bahwa pihak yang dipulangkan ke Yunani adalah perwakilan urusan dagang dan pejabat komunikasi Yunani.
Sementara duta besar Rusia untuk Yunani menyampaikan keberatan atas tuduhan penyuapan serta menyebut tindakan pengusiran tadi sangatlah tidak masuk akal. Dan Rusia sendiri menyatakan tidak pernah mencampuri urusan antara Yunani dengan Republik Makedonia Utara.
Baca Juga: Serangan Virus Komputer Bakal Bikin iPhone Baru Tertunda?
Sebagai catatan, masalah Makedonia adalah hal paling sensitif bagi Yunani. Hal ini berkait dari sisi historis kejayaan budaya Hellenisme di mana Kaisar Alexander The Great atau Alexander II, adalah seorang raja Makedonia. Sementara Republik Makedonia Utara yang ada kini tadinya bernama Former Yugoslav Republic of Macedonia (FYROM) dengan lokasi di utara Yunani.
Kedua belah pihak terus bertikai sampai berlangsungnya pengubahan nama, yang tetap saja menimbulkan ketidaklegaan bagi sebagian warga Yunani sampai di lingkup parlemen, mengingat kata "Makedonia" masih terus disematkan. Koalisi yang digalang Perdana Menteri Alexis Tsipras pun kehilangan dua kursi di parlemen menyusul putusan pemberian nama baru bagi Makedonia.
Sebagai negara yang baru pulih dari krisis ekonomi, Yunani sangat membutuhkan kestabilan politik, dan titik paling rawan adalah perbatasan antara negeri ini dengan Republik Makedonia Utara. Antara