Suara.com - Presiden Iran Hassan Rouhani menolak tawaran berunding dari Amerika Serikat pada Senin (6/8/2018) atau beberapa jam sebelum Washington mulai memberlakukan sanksi baru untuk Teheran.
Sanksi tersebut merupakan lanjutan dari kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menarik diri dari perjanjian nuklir internasional Iran tahun 2015.
Washington mengatakan bahwa satu-satunya cara bagi Iran untuk menghindari sanksi baru itu adalah dengan maju ke meja perundingan dan menghentikan program pengembangan senjata nuklir serta rudal mereka.
Namun dalam pidato yang disiarkan televisi, Rouhani menegaskan bahwa pihaknya tidak sudi duduk satu meja dengan Washington yang sudah terbukti banyak mengingkari kesepakatan di masa lalu.
Baca Juga: Gadis Cilik Asal Iran Ini Mendadak Sita Perhatian Publik Dunia
"Jika Anda menusuk orang dari belakang dengan pisau lalu mengaku ingin berunding, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menjatuhkan pisau itu," kata Rouhani.
"Kami tentu saja selalu mengutamakan diplomasi dan perundingan. Namun, perundingan memerlukan kejujuran," kata dia.
"Seruan Trump soal perundingan langsung ditujukan hanya untuk keperluan di dalam negeri menjelang pemilu, dan untuk menciptakan kekacauan di Iran," kata Rouhani.
Sejumlah negara Eropa yang turut menandatangani perjanjian nuklir tahun 2015 sudah berupaya meminta Trump untuk tidak mundur. Dalam perjanjian itu, Iran sepakat untuk mengurangi aktivitas nuklir mereka dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.
Rouhani mengatakan, Washington akan menyesali kebijakan yang sudah ditolak oleh negara-neara lain.
Baca Juga: Cuma karena Unggah Video Menari di Instagram, Gadis Iran Ditahan
"Amerika akan menyesal memberlakukan sanksi untuk Iran dan mereka telah menjadi negara yang terkucil," kata dia.