Suara.com - Bakal Calon Anggota Legislatif dari PDIP Kapitra Ampera mengaku sudah diintai sejak lama sebelum rumahnya dilempar bom molotov. Dia mengklaim mencium sejumlah oknum tidak suka dengan keputusan dirinya gabung ke PDI Perjuangan.
Kapitra mengatakan ada orang bertato mondar-mandir di kawasan rumahnya. Bahkan mereka datang ke masjid untuk menanyakan dirinya kepada orang lain.
Kapitra menyerahkan berkas untuk pendaftaran caleg sekitar akhir Juli. Sejak saat itu, khususnya pada satu minggu terakhir, ia menyampaikan, banyak intimidasi dan kecaman ditujukan pada dirinya. Di antaranya melalui pesan singkat "Whatsapp".
"(Sebelum pelemparan bom molotov) ancaman ada dari Whatsapp. Tapi, saya tahu pelakunya, dan dia sudah datang minta maaf," kata Kapitra di rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatam, Senin (6/5/2018) malam.
Baca Juga: Dilempar Bom Molotov, Rumah Kapitra Mulai Dipasang Garis Polisi
Kapitra yakin serangan bom molotov terhubung dengan sikap politiknya.
"Saya masuk PDIP karena ingin menyampaikan kebenaran. Tampaknya, ada satu statement (pernyataan) saya kemarin yang buat orang berang," kata Kapitra.
Ia menjelaskan dirinya sempat mengatakan bahwa kabar PDIP itu PKI merupakan informasi menyesatkan. Dalam kesempatan itu, ia menyatakan banyak pendukungnya berbalik membenci Kapitra, khususnya setelah ia mendaftar jadi kader PDIP.
"Saya katakan, yang bilang PDIP itu PKI, (ucapan itu) haram dan menyesatkan, karena saya melihat langsung seluruh acara partai ditutup doa secara Islam. Mbak Puan (Maharani) juga selalu secara spontan menyebut Insya Allah, dan yang lainnya, begitupun dengan Ibu Mega. Tidak ada indikasi ciri-ciri PKI. Jadi, yang saya katakan memang benar kebenaran yang saya lihat," jelas Kapitra.
Baca Juga: Selasa Siang, 9 Sekjen Koalisi Jokowi Datang ke KPU