Pertunjukan makin berwarna dengan hadirnya 100 penari. Para penari ini memberikan suguhan pertunjukan karya seniman teater Wawan Sofwan. Sebuah pertunjukan kolosal yang menceritakan pertemuan antara Dewa Wisnu dan Garuda.
Para penari mempertontonkan kreasinya dengan api. Sebuah simbol atas semangat dan kegigihan, untuk mencerminkan keteguhan Nyoman Nuarta dalam membuat patung.
Dalam pergelaran itu, api juga dianggap sebagai pemersatu Nusantara. Hal itu tecermin dalam penggunaan unsur api dalam menyatukan modul-modul dari patung tersebut.
”Proyek ini seperti mimpi. Banyak yang bilang tidak akan jadi. Bayangan mereka, proyek ini mahal sekali,” imbuh Nuarta.
Acara semakin seru dengan suguhan video mapping yang ciamik. Patung GWK tampak megah saat disorot cahaya berwarna-warni dari 16 proyektor laser.
“Video mapping akan menjadi petunjuk bahwa teknologi sangat berperan pada abad ini. Apalagi teknologi digital semakin hari semakin menjadi kebutuhan. Jika diterapkan pada GWK, akan menjadi sinergi yang luar biasa menarik. GWK sendiri bertumpu pada akar tradisi, tetapi menerapkan teknologi kontruksi modern dalam perancangannya,” ujar Nuarta.
Sebagai bentuk penghormatan, para seniman yang mengerjakan patung Garuda Wisnu Kencana turut dihadirkan pada pergelaran Swadharma Ning Pertiwi. Mereka bersama-sama dengan para penampil menyanyikan lagu Bagimu Negeri menjelang akhir pergelaran.
Gerimis yang turun menambah suasana keharuan sekaligus kebanggaan, karena mereka bisa merampungkan patung GWK.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pun sumringah ketika disinggung mengenai GWK. Menpar yakin, pariwisata Bali akan semakin menggeliat dengan rampungnya patung GWK.
"Bali selalu luar biasa. Selalu menjadi pilihan menarik bagi wisatawan. Kini dengan adanya GWK, pariwisata Bali makin lengkap. Bali bukan saja mengandalkan pariwisata berbasis alam dan berbasis budaya, melainkan juga pariwisata berbasis pada kreativitas manusianya," katanya.