Suara.com - Deketahui terduga teroris Angga Irawan (35) adalah warga pendatang di lingkungan RT 6 RW 5 Kelurahan Manyaran, Kota Semarang. Dia pernah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RSUD Kendal.
Dia sudah mukim selama tiga tahun, mendiami rumah milik orangtuanya. Ahmad Nurhadi, Ketua RT 6 mengakui, jika dalam pergaulan keseharian Angga memang jarang bergaul dan tertutup.
"Dia tak pernah sosialisasi warga, arisan bapak-bapak tak pernah hadir, isterinya juga tertutup. Tapi kalau ibunya Angga karena orang sini masih biasa bergaul," kata Ahmad, Minggu (5/8/2018).
Pihaknya juga sudah lama mencurigai Angga, di mana setiap malam pukul 22.00 WIB, selalu keluar dan pulang saat subuh. Kecurigaannga menguat lantaran pihak kepolisian dan Kodam IV Diponegoro rupanya ikut memantau sejak lama.
Baca Juga: Gerebek Teroris Semarang, Densus Sita Buku Jihad dari Rumah Angga
"Dia sudah dipantau sejak saya belum jadi RT, dari Kepolisan dan Kodam. Dan baru ditangkap mungkin setelah ada bukti terkait terorisme," ujar Ahmad yang baru menjabat dua tahun Ketua RT.
Diketahui pula, Angga Irawan dulunya seorang pegawai negeri sipil (PNS) di RSUD Kendal Jateng, namun dipecat. Guna mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, dia membuka praktik bekam.
"Dia dulu PNS RSUD Kendal mungkin karena sudah ada pemetaan keterkaitan terorisme dia dipecat. Kini buka praktik bekam sudah satu tahunan," ungkap Ahmad.
Bahkan selama tiga tahun mukim, terang Ahmad, belum pernah Angga mau mengganti alamat kependudukannya. Hanya sebatas memberikan Kartu Keluarga ditempat asalnya, Kelurahan Panjangan Semarang.
"Karena tak mau ganti identitas, saya juga tak mau keluarkan surat keterangan untuk dia. Di rumah itu ada istri dan enam anaknya, masih kecil-kecil, paling besar kelas 3 SD," katanya.
Baca Juga: 260 Terduga Teroris Ditangkap, Kapolri: 170 Jadi Tersangka
Jarang bersosialisasi juga dilakukan istrinya, Nur Khasanah, selama di lingkungan RT 6 tak pernah ikut kegiatan warga ibu-ibu. Program imunisasi anak balita juga ditolaknya.