Suara.com - Festival Buleleng 2018 (Bulfest 2018) resmi dibuka, Kamis (2/8/2018). Pembukaan berlangsung megah, dimulai pukul 17.00 Wita. Tema yang diangkat "The Spirit of Pluralism".
Pembukaan diawali 33 penari yang membawakan Tari Purwaka Santi. Aksi mereka langsung memukau ribuan penonton di Tugu Singa Ambara Raja. Pertunjukan dilanjutkan dengan Tarian Kreasi Rang-Rang dari Sanggar Shanti Budaya.
Aksinya tidak kalah heboh. Tarian kontemporer ini menyajikan gabungan seni tari dan seni bela diri yang diperagakan penari anak-anak dan dewasa.
Pembukaan Bulfest 2018 dihadiri Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, Gubernur Bali Terpilih, I Wayan Koster, Wakil Gubernur Terpilih, Tjokorda Oka Artha Ardana, Ketua Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata, Esthy Reeko Astuty, Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, dan Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Benny Susianto.
Esthy mengatakan, Buleleng merupakan wilayah yang sangat terkenal dengan kekuatan budayanya, sehingga untuk atraksi, Buleleng sudah sangat kuat.
"Bila bicara 3A (aksesibilitas, amenitas dan atraksi), Buleleng sudah kuat dalam atraksi. Salah satunya Bulfest 2018 ini. Tinggal memperkuat amenitas dan aksesibilitasnya. Tapi saya sudah melihat langsung, Buleleng sudah mulai memperkuat infrastrukturnya," ujar Esthy.
Tak jauh dari panggung utama, area pameran kuliner dan pameran kerajinan juga tidak kalah ramai. Sejak sore, banyak yang asyik menikmati aneka kuliner khas Buleleng.
"Selain wisata budaya, Buleleng juga kuat wisata kulinernya. Tadi di pameran kuliner ada sekitar 50-60 jenis kuliner," tambahnya.
Tidak hanya itu, lanjut Esthy, Buleleng juga memiliki banyak Daerah Tujuan Wisata (DTW). Menurutnya, bila DTW itu terus dipromosikan, Buleleng akan menjadi daerah yang sangat bisa diandalkan untuk mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman).
Semakin malam, semakin banyak penonton yang datang. Pengunjung kali ini disuguhkan dengan paduan suara dari Harmoni Den Bukit dan Paduan Suara SMA Bali Mandara, yang dilanjutkan dengan aksi band lokal Tamba Ning Gita dan Dorayaki Band, yang membuat suasana Bulfest 2018 makin meriah.
Sebagai penampilan akhir, Lolot Band mampu memberikan hiburan yang membuat penonton tidak beranjak dari tempatnya hingga selesai.
Hari pertama Bulfest 2018 tidak hanya berlangsung di Tugu Singa Ambara Raja. Ada 3 zona yang secara bersamaan memberikan hiburan. Di zona B, ada pertunjukan Angklung Mebarung, sementara di Zona C, ada penampilan Joged Mebarung.
Bupati Buleleng, Agus Suradnyana, menjelaskan, memasuki tahun keenam penyelenggaraannya, Bulfest sudah menjadi festival yang diperhitungkan di tingkat nasional. Bulfest masuk agenda Calendar of Event Kementerian Pariwisata 2018.
"Bulfest tahun lalu menjadi festival terfavorit ketiga nasional. Ini menandakan, kita berada pada trek yang benar untuk mengembangkan potensi kesenian dan kebudayaan yang ada di Kabupaten Buleleng,” jelasnya.
Ia menambahkan, Bulfest terus memliki tema yang spesifik. Pada 2018, Bulfest mengambil tema The Spirit of Pluralism atau Semangat Keberagaman. Kesenian dari seluruh etnis digali dan Pemkab Buleleng mengajak seluruh masyarakat Buleleng yang sangat beragam untuk bersama membangun Kabupaten Buleleng.
“Setiap tahunnya, kita menampilkan hal-hal yang spesifik. Tahun ini kita mengangkat keberagaman, dimana kita mengajak seluruh masyarakat Buleleng untuk membangun daerah,” tambahnya.
Masa depan pariwisata Buleleng sendiri dijamin bakal maju pesat. Koster menyampaikan, pembangunan aksesibilitas ke Buleleng akan menjadi salah satu program prioritasnya.
"Kita sudah mulai membangun jalan shortcut dari Denpasar ke Buleleng yang akan selesai pada 2020. Dengan adanya jalan ini, orang tidak akan lagi menempuh perjalanan 4 jam dari Denpasar dengan kondisi jalan berkelok-kelok yang memabukkan," ujarnya.
Gubernur yang juga kelahiran Buleleng ini menambahkan, pembangunan bandara di Buleleng yang sudah dirintis, akan dia percepat realisasinya. Menurutnya, dengan memiliki bandara sendiri, wisatawan yang ke Buleleng dan sekitarnya akan meningkat tajam.
"Bandara yang sudah dirintis akan kita percepat. Ini agar sektor pariwisata di Buleleng akan ikut terbang tinggi. Kita juga segera memiliki Fakultas Kedokteran, yang berbeda dengan yang di Denpasar. Fakultas Kedokteran di Buleleng akan berbasis pariwisata juga," pungkasnya.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya menjelaskan, pengembangan infrstruktur di kawasan Bali Utara saat ini mutlak dibutuhkan. Dengan berbagai keungulan yang dimiliki oleh Pulau Dewata, pemerataan ini akan terwujud sehingga tercipta keseimbangan di berbagai wilayah di Pulau Dewata. Kepadatan tidak lagi bertumpu di zona selatan.
“Pengembangan kawasan Utara Bali, bagus. Penambahan bandara baru dan akses tol di kawasan utara tentu akan semakin memudahkan mobilitas wisatawan. Dampak positifnya, ada sebaran ekonomi yang lebih merata,” ujarnya.
Menurutnya, keseimbangan pembangunan di kawasan utara dan selatan Pulau Bali ini harus dilakukan. Kalau melihat kapasitas di selatan dinilai padat, maka yang perlu dilakukan membagi kepadatannya.
"Kalau ini dilakukan, kawasan di utara pasti akan tumbuh, sebab destinasi di Bali utara juga sangat eksotis, termasuk di Buleleng," pungkasnya.