Petani Kendeng Kembali Menagih Janji Jokowi Tolak Pabrik Semen

Kamis, 02 Agustus 2018 | 17:49 WIB
Petani Kendeng Kembali Menagih Janji Jokowi Tolak Pabrik Semen
Petani kendeng. (Suara.com/Annisa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belasan petani dari Pegunungan Kendeng melakukan aksi Brokohan Kentrungan Barongan di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Kamis (2/8/2018). Mereka kembali menagih janji Jokowi, agar pegunungan Kendeng bisa diselamatkan dari alih fungsi menjadi tambang semen milik PT. Semen Indonesia.

Sebelumnya, petani Kendeng telah bertemu dengan Presiden. Dalam pertemuan tersebut mencapai beberapa kesepakatan diantaranya adalah perlu dibuatkan analisa daya dukung dan daya tampung pegunungan ke dendeng melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), namun kesepakatan itu tidak juga dijalankan.

"KLHS telat dijalankan dari hasil temuan dilapangan membuktikan bahwa Kendeng tersebut tidak layak dijadikan pabrik semen," ujar Gunarti, warga sekaligus Petani Kendeng Pati.

Sementara itu, pada tahun 2017 PT. Semen Indonesia di Rembang akhirnya menyelesaikan pembangunan pabriknya dan tetap beroperasi hingga saat ini. Pemprov Jateng menerbitkan 41 perizinan tambang di Rembang dan 7 perizinan di Pati yang masuk dalam lokasi kajian KLHS Kendeng.

Baca Juga: Kampanye Soal Kendeng, Ganjar: Tak Ada Lahan Warga yang Diambil

Padahal kendeng yang dialih fungsikan menjadi pabrik semen tersebut berada dalam kawasan hutan lindung. Selain itu, penebangan pohon diperkirakan akan menimbulkan kerugian ekonomi setidaknya Rp 2,2 triliun pertahun.

Selain itu, fakta yang ditemukan pada kawasan karst di Jawa memiliki luas paling kecil dari wilayah lainnya yaitu hanya 3,5 persen dari total kawasan karst di Indonesia. Namum, Pulau Jawa memiliki jumlah pabrik semen paling banyak. Ada 21 pabrik semen yang sudah beroperasi disebagian besar kawasan karst di Pulau Jawa.

"Pada dasarnya manusia hanya membutuhkan semen sekali dalam hidup. Tetapi kalau makanan dan minuman, dari kita lahir sampai meninggal masih dibutuhkan," lanjut Gunarti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI