Suara.com - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menilai, jika Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali menjadi cawapres Joko Widodo pada Pilpres 2019, tidak bakal memberi keuntungan apa pun untuk sang capres maupun partai-partai koalisi.
"Pertama ini tak ada efek elektoralnya ke mereka (partai koalisi). Kedua, juga tidak akan menambah suara Pak Jokowi," kata Ray di Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan, Kamis (2/8/2018).
Sebaliknya, kata dia, Partai Golkar yang menjadi salah satu partai pendukung Jokowi bakal merugi jika JK kembali menjadi cawapres. Sebab, majunya JK bisa memperlambat regenerasi kepemimpinan politik di partai berlambang Pohon Beringin tersebut.
Menurutnya, pilihan rasional bagi Golkar kekinian yakni mencalonkan Ketua Umum Airlangga Hartarto yang terbilang lebih muda ketimbang JK.
Baca Juga: Senin Pekan Depan, Gerindra Umumkan Cawapres untuk Prabowo
Menurut Ray, Airlangga yang lebih muda dalam aspek umur dibanding JK masih bisa diperhitungkan di kalangan pemilih milenial.
"Misalnya Pak Airlangga yang dipilih, itu akan ada potensi buat Airlangga bisa kembali mengikuti Pilpres 2024. Artinya ada keuntungan untuk Golkar. Kalau Pak JK yang terpilih, Golkar akan menata dari nol lagi pada Pilpres 2024,” jelasnya.
Ray menduga, Golkar sudah mengetahui “matematika politik” tersebut. Sebab itu, Golkar tak ingin masa jabatan wakil presiden yang kini digugat Partai Perindo, diperpanjang.