Korban Gempa Lombok Butuh Penanganan Trauma

Bangun Santoso Suara.Com
Rabu, 01 Agustus 2018 | 07:24 WIB
Korban Gempa Lombok Butuh Penanganan Trauma
Seorang perempuan mengendong anaknya di tenda perawatan di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7). Mereka adalah korban gempa Lombok yang mengungsi. [Antara/Ahmad Subaidi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anggota DPRD Nusa Tenggara Barat, H Johan Rosihan yang ikut turun ke sejumlah lokasi gempa di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengatakan, korban gempa tidak hanya membutuhkan bantuan air bersih, makanan, tenda, maupun selimut. Tetapi juga butuh penyembuhan dari trauma (trauma healing).

Pendapat tersebut disampaikan karena seluruh warga yang berada di posko-posko pengungsian masih trauma untuk kembali ke rumah.

"Pada saat kami keliling dan berbicara dengan mereka, ternyata banyak di antara warga baik orang dewasa maupun anak-anak itu masih takut kembali ke rumah. Mereka butuh dihibur di ajak berbicara dan Alhamdulillah dalam perbincangan kami mereka jadi lebih tenang," ujar Johan Rosihan saat berada di lokasi bencana di Desa Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Rabu (1/8/2018).

Dari dialog dengan warga yang menjadi korban itu, H Johan menyatakan warga sangat membutuhkan adanya tim trauma healing. Karena warga masih belum berani kembali untuk menginap di rumahnya. Hal itu dikarenakan, para korban masih merasa was-was terjadinya gempa susulan.

Baca Juga: Komnas KIPI Catatkan MR Fase 1 Hanya 255 Kasus

"Nah, ini juga penting dibutuhkannya tim 'trauma Healing' karena mereka masih sangat trauma melihat dalam rumahnya sendiri. Bahkan untuk makan saja, mereka ada yang tidak sanggup karena kondisi psikologis," terangnya.

Selain Ketua Komisi III DPRD NTB itu menilai distribusi bantuan masih kurang dikoordinasikan. Di mana masing-masing lembaga sosial, perorangan, dinas instansi juga pemda masih jalan sendiri. Menyikapi persoalan ini kata Johan, lembaga sosial ataupun instansi terkait termasuk pemda perlu mengatur langkah agar beriringan sehingga terkesan kompak.

"Alangkah bagusnya menurut saya dinas sosial atau BNPB mendata lembaga sosial yang menurunkan tim dan posko. Selanjutnya dibagi posisinya pada daerah terdampak secara merata dan proporsional. Sehingga tidak terkesan jalan sendiri-sendiri dan penanganan/pendataan bisa lebih maksimal," usul politisi PKS kelahiran Sumbawa ini.

Petugas kesehatan keliling dari Puskesmas Dasan Lekong, Kabupaten Lombok Timur, Rupaini, mengakui dari sejumlah lokasi pengungsian yang dikunjunginya banyak di antara warga dan anak-anak yang menjadi korban masih dirundung ketakutan akibat gempa bumi yang mengguncang wilayah itu pada Minggu (29/7/2018) pagi.

"Jadi keluhan warga itu selain sakit maag kritis, pusing-pusing, panas, batuk-batuk, diare. Mereka mengeluhkan ke kita, kalau masih takut kembali ke rumah," katanya.

Baca Juga: Usai Makan Enak, Bule Bulgaria Dibekuk Polisi Bali

Karena itu, saat ini fokus mereka bagaimana memberikan trauma healing sama para pengungsi terutama sekali terhadap anak-anak, sehingga mereka bisa kembali ceria seperti sebelum gempa.

"Makanya saat kita bertugas, selain perawat, dokter, dan bidan. Ada juga petugas konseling yang ikut turun ke posko pengungsian," jelasnya.

Meski demikian, ia melanjutkan menghilang para pengungsi dari trauma-trauma akibat gempa tidaklah mudah. Karenanya dalam penanganan pun dilakukan secara khusus.

"Memberikan keceriaan, hiburan sehingga mereka bisa tertawa itu saat ini yang penting. Dan Alhamdulillah setiap kami kunjungi kecerian-kecerian sebelum gempa itu ada yang dirasakan warga," tandas Rupaini. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI