Suara.com - Aktifis #2019GantiPresiden Neno Warisman yang dilarang mendeklrasikan gerakan #2019GantiPreside di Batam, beberapa waktu lalu. Neno mengaku bahwa sebelum keluar dari Bandara Hang Nadim Batam, Sabtu (28/7/2018) malam sudah memiliki firasat gejala jangal. Sebab, sudah banyak masa sekitar bandara tersebut.
"Deklrasinya biasa saja sebenarnya. Tapi pas sampai Batam sudah ada gejala-gejala ganjal," kata Neno kepada awak media, Selasa (31/7/2018) di kediamanya Kota Depok, Jawa Barat.
Kemudian, Neno bersama rombongan diminta untuk masuk ke dalam di suatu ruangan hingga malam. Sehingga deklrasi ditunda #2019GantiPresiden.
"Sempat dilempar tong sampah," ucapnya.
Baca Juga: Sempat Disebut Batal, PAN, PKS dan Gerindra Bertemu Malam Ini
Neno juga mengaku tidak bisa keluar dari suatu ruangan. Sehingga, pihak aparat dan pantia melakukan negosiasi dan meminta untuk menandatangani pembatalan deklarasi tersebut.
Setelah keluar dengan mengunakan mobil rombongan Neno dilempari batu. Mereka juga dihadang aparat untuk diam dan disuruh balik arah ke tempat masa.
"Kejadian ini saya ngadu ke Fadli. Karena ada perintah dari polisi diam jangan bergerak semua, lalau balik lagi ke belakang khawatir ditimpukin batu," tutur dia.
Deklrasi gerakan ini atas permintaan masyarakat Batam. "Atas permintaan warga Batam deklarasi tetap diadakan," ucapnya.
Neno menjelaskan melakukan gerakan deklarasi #2019GantiPresiden untuk membela rakyat yang inginkan perubahan. Dia klaim publik ingin Indonesia berganti presiden.
Baca Juga: Indonesia Ungguli Myanmar Dua Gol di Babak Pertama
"Gaungan gerakan yang #2019GantiPresiden dilakukan ini untuk masyarakat Indonesia. Gerakan ganti presiden adalah nasib rakyat," kata Neno. (Supriyadi)