Lokasi sekolah tersebut tetap dirahasiakan. Sejauh ini, 102 anak-anak teroris telah mengenyam pendidikan di sekolah rahasia tersebut. Sebagian besar dari mereka kekinian telah kembali ke lingkungannya masing-masing, setelah menjalani rehabilitasi.
"Yang paling penting di sini adalah proses membangun kepercayaan dengan mereka," kata Neneng.
"Dengan kepercayaan ini, mereka mulai membuka diri, menuangkan isi hati mereka dan mengungkapkan masalah mereka kepada pekerja sosial."
Setelah kepercayaan terbentuk, anak-anak didorong untuk mendengarkan musik, bermain gim dan berteman, kegiatan yang dulu ditolak oleh keluarga mereka.
"Kami mengajarkan mereka fakta tentang Indonesia, yang terdiri dari banyak suku, banyak agama ... [dan itu] kami mengajarkan bahwa mereka harus bersikap toleran kepada orang lain, meskipun berbeda agama," kata Sri.
Neneng menjelaskan, mayoritas guru di sekolah rahasia itu adalah permepuan, sehingga anak-anak tersebut melihat mereka sebagai figur keibuan.
"Kita harus menciptakan suasana yang hidup. [Ajarkan mereka] untuk mencintai kehidupan dan pergi ke surga tidak berarti Anda harus bunuh diri," katanya.
Hanya dalam waktu dua bulan, program ini tampaknya berhasil diterapkan untuk Ayu.
"Ketika dia ditanya [apa yang diinginkannya] pertama kalinya, dia bilang dia ingin menjadi seorang martir," kata Sri.
Baca Juga: Kencan, Wanita Ini Jatuh dari Tebing Lalu Ditinggal Kekasihnya!
"[Sekarang] dia ingin menjadi seorang guru."