Kisah Anak-anak Pengebom Bunuh Diri dan Sekolah Rahasia

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 30 Juli 2018 | 20:13 WIB
Kisah Anak-anak Pengebom Bunuh Diri dan Sekolah Rahasia
Satu anak yang selamat saat orang tuanya melakukan bom bunuh diri di Indonesia tengah asyik menggambar di sekolah rahasia. [ABC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ayu belum mengerti kala itu, bahwa orang tuanya ingin dirinya juga menjadi pelaku bom bunuh diri. Bahkan, seusai kejadian itu, Ayu sempat berpikir ayahnya lah yang menyelamatkannya dari ledakan tersebut.

"Ketika itu terjadi, dia merasa bahwa dia didorong oleh ayahnya. Itu sebabnya dia terlempar dari sepeda," kata Sri.

Sekolah Rahasia

Ayu adalah satu dari 11 anak yang menjalani deradikalisasi di sekolah rahasia tersebut. Salah satu teman sekelasnya, seorang bocah tujuh tahun, kehilangan ayahnya dalam baku tembak dengan tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.

Tiga siswa lainnya menjadi yatim piatu, ketika sebuah bom yang dirancang sang ayah secara tidak sengaja diledakkan di apartemen mereka di Surabaya. Insiden itu terjadi pada pada hari yang sama saat Ayu diajak orangtua mengebom markas polrestabes setempat.

Di ruang kelas lain, seorang pembuat bom berusia 16 tahun dan seorang pembom bunuh diri yang juga berusia 16 tahun, belajar bercampur dengan petarung jalanan, pencuri, dan pelacur anak-anak.

Anak-anak pelaku terorisme dianggap sebagai korban di sekolah tersebut. Identitas mereka dirahasiakan, bahkan dari teman sekelas mereka.

"Mereka akan dilihat oleh anak-anak lain sebagai anak yang bermasalah," kata kepala fasilitas tersebut, Neneng Haryani.

"Ini untuk memastikan keselamatan mereka ... anak-anak ini harus tumbuh seperti anak-anak lain, tidak berbeda."

Baca Juga: Kencan, Wanita Ini Jatuh dari Tebing Lalu Ditinggal Kekasihnya!

Bangun Kepercayaan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI