Berita Terkini: Terjadi 459 Gempa di Lombok, 16 Meninggal

Suwarjono Suara.Com
Senin, 30 Juli 2018 | 05:43 WIB
Berita Terkini: Terjadi 459 Gempa di Lombok, 16 Meninggal
Seorang perempuan mengendong anaknya di tenda perawatan di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7). Mereka adalah korban gempa Lombok yang mengungsi. [Antara/Ahmad Subaidi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Geofisika Mataram mencatat jumlah gempa bumi yang mengguncang, Lombok,  Nusa Tenggara Barat periode Januari-Juni 2018 sebanyak 459 kejadian. Korban meninggal mencapai 16 orang.

“Jumlah gempa bumi tersebut belum termasuk yang terjadi hari ini dengan jumlah gempa susulan sebanyak 203 kejadian hingga pukul 22.20 WITA," kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Riyanto, ketika mengikuti telekonferensi di Mataram, Minggu malam (29/7).

Telekonferensi dengan media lokal di NTB, dan media di Jakarta tersebut juga menghadirkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. Menurut Agus, ada tren peningkatan jumlah kejadian gempa bumi di NTB. Pada 2016 lebih dari 800 kejadian, kemudian pada 2017 meningkat menjadi 1018 kejadian gempa. Gempa bumi yang terjadi di NTB sepanjang semester I/2018 berkekuatan 3-5 pada Skala Richter (SR). Gempa bumi tersebut ada yang terjadi di darat dan di laut.

Aktivitas pemantauan gempa, kata dia, setiap saat dilakukan. Pasalnya, kejadian gempa tidak bisa diprediksi dan bisa terjadi kapan saja tanpa mengenal waktu.

"Hingga saat ini gempa bumi belum dapat diprediksi oleh siapa pun. Jika ada info yang mengatakan akan ada gempa pada waktu mendatang bisa kami pastikan itu berita bohong (hoax)," ujarnya.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menjelaskan NTB termasuk daerah rawan gempa bumi karena dengan kekuatan cukup besar karena terdapat dua sumber utama pembangkit gempa bumi, yaitu di sebelah selatan terdapat zona subduksi (zona penunjaman), yaitu penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.

Selain itu, di sebelah utara terdapat zona sesar naik busur belakang Flores (Flores back arc trust).

Ia menambahkan gempa bumi yang sering terjadi di NTB juga disebabkan adanya patahan aktif. "Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang terjadi di Lombok hari ini, juga akibat patahan aktif Sesar Naik Flores," ujarnya. Budi Suyanto

Korban meninggal dunia di Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, sebanyak sembilan orang, yakni Papuk Bambang (60), Zahra (3), Adiatul Aini (27), Herniati 35), Firdaus (7), Mapatul Akherah (7), Baiq Nila Wati (19), Herli (9), dan Fatmirani (27). Sedangkan di Kecamatan Sembalun, atas nama Inak Marah (80).

Sementara korban meninggal dunia di Kabupaten Lombok Utara, sebanyak empat orang, yakni Juniarto (8), Rusdin (34), Sandi (20), dan Nutranep (13).

Ada juga dua orang wisatawan meninggal dunia, yakni Siti Nur Ismawida (30), warga Malaysia yang meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan tembok rumah warga Sembalun tempatnya menginap.

Selain itu, Muhammad Ainul Muksin, asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang tewas tertimpa material longsor di jalur pendakian Gunung Rinjani. Jenazah pendaki tersebut masih belum bisa dievakuasi dari atas gunung karena jalur pendakian tertutup material longsor.

Selain korban meninggal dunia, BPBD NTB juga menerima laporan sementara jumlah korban luka berat dan ringan di Kecamatan Sambelia, yang dirawat di lapangan Obel-Obel sebanyak 51 orang, Puskesmas Belanting 62 orang, dan Puskesmas Sambelia sembilan orang. Sedangkan di Kecamatan Sembalun, sebanyak 29 orang.

Di Kabupaten Lombok Utara, sebanyak lima orang mengalami luka berat dan 41 korban luka ringan.

Untuk jumlah rumah yang rusak di Kabupaten Lombok Timur mencapai lebih dari 1.000 unit, baik rusak berat, sedang dan ringan. Sedangkan di Kabupaten Lombok Utara, sebanyak 41 rumah rusak berat, 74 rusak sedang, dan 148 rusak ringan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI