Suara.com - Ketua organisasi masyarakat Patriot Garuda Nusantara (PGN) Jawa Tengah Mohammad Musthofa Mahendra tegas menolak acara tablig akbar, yang menghadirkan Ustaz Abdul Somad di Semarang.
Tablig akbar recananya dihelat di Lapangan Leboh Raya, Pedurungan dan Masjid Jatisari BSB, Mijen. Kedua acara tersebut masing-masing diadakan pada Senin hingga Selasa 30-31 Juli 2018.
PGN mengungkapkan, mereka menolak kedatangan Ustaz Somad karena yang bersangkutan diklaim orang Hizbut Tahrir Indonesia—organisasi dilarang.
"Yang namanya seseorang sudah menganut ideologi, ya tetap menganut ideologi itu. Somad itu kan HTI, kok masih diberi ruang," kata Musthofa saat dikonfirmasi, Rabu (24/7/2018).
Baca Juga: NA Ditelanjangi Suami di Tempat Umum, Disuruh Jilat Kaki
Musthofa menyatakan, tablig akbar Ustaz Somad hanya akan menambah keresahan masyarakat.
"Berbahaya, itu mulutnya bilang sudah tobat. Tapi nyatanya kejadian napi teroris di Mako Brimob masih bisa membunuh," ujarnya.
Pihaknya mengakui, telah melayangkan surat penolakan Ustaz Abdul Somad berkhotbah di Kota Semarang.
Alasan ditolaknya kehadiran Abdul Somad, disebut dalam edaran itu, pria kelahiran Silo Lama, Asahan, Sumatra Utara itu sebagai corong propaganda HTI.
Surat tersebut ditandatangani Panglima Tertinggi PGN Nuril Arifin Husein. Serta Ketua PGN Jawa Tengah, Mohammad Mustofa Mahendra. Surat itu juga ditembuskan ke Pangdam IV Diponegoro, Kapolrestabes Semarang, PGN Pusat dan beberapa unsur lainnya.
Baca Juga: Keji! Bayi yang Dibuang Orangtua Hangus Terbakar di Tong Sampah
"Saya menyayangkan panitia penyelenggara, lebih memilih mengundang Somad, kan masih banyak dai kondang lain di Jateng. Ada Gus Yusuf, Habib Luthfi dan tokoh-tokoh NU lain," ujarnya.
Selain itu, pihaknya mendengar kabar akan adanya demo oleh sejumlah orang. Dengan aktivitas salah satunya menyuarakan kebebasan ideologi Islam milik mereka.
"Ideologi Islam yang mana, mau bikin ideologi apa lagi? Jelas negara kita berideologi Pancasila. Kalau bikin ideologi itu kan berarti makar," tandasnya.
"PGN akan memertahankan dan memersiapkan perlawanan," lanjutnya.
Meski demikian, saat pihaknya bertemu pihak kepolisian dan tentara, PGN diminta untuk tidak melakukan pemaksaan.
"Polisi dan tentara minta tidak ada gesekan, tapi silakan kalau mereka (panitia) mau memaksa, dia jual, kita beli. Bahkan kita borong se-pabrik-pabriknya," tegasnya. [Adam Iyasa]