Menurut Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, kehadiran torch relay ini adalah momentum tepat untuk mempromosikan pariwisata.
“Torch relay memiliki fungsi strategis. Agenda ini merupakan momen terbaik untuk mempromosikan potensi Banyuwangi, terutama pariwisata. Kami menyiapkan beragam atraksi seni sebagai bentuk kebanggaan daerah dalam menyambut perhelatan olahraga akbar se-Asia ini,” ujar Abdullah.
Obor lalu dibawa menuju Stadion Diponegoro secara estafet oleh delapan pebalap sepeda Banyuwangi Road Cycle Community (BRCC). Obor lalu diarak keliling kota secara estafet oleh 10 pelari yang terdiri atas atlet dan warga berprestasi.
Para atlet pembawa obor adalah mereka yang pernah berprestasi tingkat nasional hingga Asia.
“Ada juga Ahmad Zulkarnaen, fotografer penyandang disabilitas yang tidak kenal lelah menghasilkan karya-karya fotografi yang menginspirasi kita,” ujar Anas.
Titik terakhir pawai adalah Pendopo Sabha Swagata Blambangan, bangunan bersejarah yang berdiri sejak lebih dari dua abad silam.
Di pendopo yang terdapat sumur Sri Tanjung, yang merupakan sumber legenda nama Banyuwangi itu, telah disediakan boks penyimpanan api. Obor disemayamkan di pendopo berkonsep arsitektur hijau itu selama satu malam.
The Sunrise of Java menjadi destinasi terakhir yang dikunjungi di Jawa Timur. Setelah itu, torch relay menyeberang ke Bali.
Selain Banyuwangi, kota-kota Jawa Timur yang juga akan dilewati pawai ini adalah Blitar, Malang, Bromo, Probolinggo, Situbondo, dan Bondowoso.
Asdep Pemasaran I Regional II Kementerian Pariwisata, Sumarni, menyatakan antusias dengan pertemuan api Asian Games dengan api biru Kawah Ijen.