Dorong Pariwisata, Banyuwangi Tingkatkan Fasilitas Airport

Senin, 23 Juli 2018 | 12:00 WIB
Dorong Pariwisata, Banyuwangi Tingkatkan Fasilitas Airport
Ilustrasi bandara (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur terus digenjot. Fasilitas yang kaitannya dengan 3A (atraksi, amenitas, aksestabilitas) terus dilengkapi.

Hal yang terbaru, Bandara Banyuwangi siap dijadikan Low Cost Carrier Airport (LCCA), setelah PT Angkasa Pura (AP) II selaku operator Bandara Banyuwangi bertemu Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

"Selaras dengan target Kementerian Pariwisata, yaitu mencapai 20 juta wisman pada 2019, konsep LCCA/LCCT menjadi opsi untuk mendorong datangnya wisatawan mancanegara ke Indonesia. Dalam hal ini Banyuwangi," ujar Direktur Utama AP II, Muhammad Awaluddin, di Banyuwangi, Minggu (22/7/2018).

Penetapan Bandara Banyuwangi sebagai LCCA merupakan tindak lanjut pertemuan Dirut AP II  dengan Menteri Pariwisata, Arief Yahya, Jumat (20/7/2018). Lelaki yang akrab disapa Awal ini juga menyebut, hal itu juga sesuai dengan arahan Menteri BUMN, Bandara Banyuwangi, Bali, serta Lombok (BBL) akan menjadi "tourism triangle" demi mensinergikan pariwisata di ketiga daerah tersebut.

"Pertumbuhan penumpang Low Cost Carrier yang naik 55 persen per tahun, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Full Service Carriers (FSC) yang hanya sekitar 7 persen. Pengembangan LCCA dan konsep Tourism Airport yang diusung Bandara Banyuwangi dapat mengakselerasi perkembangan pariwisata di daerah Jawa Timur," ujar Awaluddin.

AP II sendiri menyiapkan total investasi kurang lebih Rp 300 miliar. Pengembangan Bandara Banyuwangi ini juga sebagai program dukungan AP II untuk Annual Meeting IMF - World Bank, yang akan diselengarakan di Nusa Dua Bali, Oktober 2018.

Nantinya, landasan (overlay runway) Bandara Banyuwangi ditebalkan yang sebelumnya hanya PCN 27 menjadi PCN 56, sehingga dapat mengakomodir pasawat tipe Boeing 737-8 NG , 737-9 ER dan Airbus 320.

Tempat parkir pesawat (apron) juga ditingkatkan. Jika semula hanya mampu menampung 3 pesawat Narrow Body, kini bisa menjadi 9 pesawat Narrow Body. Landasan pacu juga diperpanjang dan diperlebar, dari sebelumnya 2250x30m2 menjadi 2500x45m2.

Untuk infrastruktur lainnya, seperti lahan parkir kendaraan juga diperlebar. Jika semula hanya 2.000 m2 (80 kendaraan) menjadi 5.000 m2 (260 kendaraan). Terakhir, perluasan terminal penumpang, dari 7000m2 yang hanya mampu menampung 700 ribu pax/tahun menjadi 20.000m2 atau setara 2 juta pax/tahun.

Mendengar hal itu, Menteri Pariwisata, Arief Yahya memuji kecepatan dan keseriusan AP II untuk membangun LCCT.

“Inilah yang disebut Indonesia Incorporated! Kompak, solid, maju bersama, saling suport, antar kementerian atau lembaga untuk Indonesia maju,” katanya.

Dengan adanya terminal LCC, maka airlines bisa memotong biaya operasional hingga 50 persen, namun akan memiliki trafik yang meningkat dua kali lipat.

Menpar menyatakan tidak khawatir jika nantinya wisatawan yang berkunjung memiliki spending yang kecil. Ia mencontohkan Thailand, yang memiliki banyak terminal LCC, namun Average Revenue per Arrival-nya (ARPA) mencapai 1.500 dolar AS, sementara Indonesia masih di angka 1.200 dolar AS.

Tingkat keterisian penumpang (okupansi) pesawat ke destinasi biasanya juga lebih banyak untuk kelas ekonomi.

"Ini bisa membuktikan penggunaan LCCT tidak mengurangi ARPA," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI