Suara.com - Pada 21 Juli 2018, Kota Tenggarong di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, heboh luar biasa. Jalan-jalan penuh, pedagang kaki lima kebanjiran order.
Kamera handphone, DSLR, sampai video, tak henti-hentinya mengarahkan pandangan ke rute sejauh 2 km.
Mereka bukan hendak berdemo, bukan juga hendak menyaksikan laga bigmatch Mitra Kukar vs Persija yang digelar saat itu. Lantas ada apa?
Mereka menyemut dari depan Sekretariat Gerbang Raja, Jembatan Repo-Repo, Jembatan Besi sampai Kedaton Kutai Kartanegara.
Ternyata ribuan orang yang memadati rute sejauh 2 km itu mengarahkan pandangan ke fokus yang sama. Semuanya kompak nonton Parade Budaya Internasional Erau Adat Kutai dan International Folk Art Festival (EIFAF) 2018.
“Animo masyarakat luar biasa. Semua antusias menyaksikan suguhan budaya Nusantara yang dipadukan budaya dunia,” tutur Ketua Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti, Kaltim, Sabtu (21/7).
Antusiasme warga dan wisatawan memang sudah terlihat sejak pukul 08.00 WITA. Sisi kiri kanan di sepanjang rute yang dilalui peserta festival budaya Nusantara dan internasional ini sudah disesaki lautan manusia.
Pengunjung yang datang dibuat bergairah dengan suguhan beragam budaya keren. Ada Dayak, Minang, Kutai, Toraja, Sulawesi Utara, NTT, Jawa, Banyuwangi, Lombok sampai Reog Ponorogo.
Dari mancanegara ada Hongaria Hongaria, India, Polandia, Rumania dan Turki yang unjuk kebolehan. Jalan-jalan yang sudah disterilkan aparat kepolisian berubah jadi lautan manusia.
“Estimasi panitia ada ribuan orang yang datang menyaksikan pembukaan Kirab Budaya Erau Adat Kutai dan International Folk Art Festival," tambah perempuan berkerudung itu.