Suara.com - Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan Wiwit Sutrisnoputro tewas tercebur ke kolam rendaman besi panas di tempat kerjanya. Wiwit merupakan TKI asal Dusun Jalakan, Desa Triharjo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dia meninggal dunia akibat tercebur di tempatnya bekerja, sebuah perusahaan manufaktur di Korea Selatan.
"Anak saya kerja di pabrik besi, katanya anak saya mau membenarkan mesin sendiri. Sebenarnya kan itu tidak boleh. Kemudian dia terjatuh ke dalam air tempatnya buat naruh besi panas," kata ibu kandung Wiwit, Sumarsih saat ditemui di rumah duka RT 06, Dusun Jalakan, Desa Triharjo, Bantul, Jumat (20/7/2018).
Putra pertamanya yang saat ini berusia 25 tahun itu dikabarkan meninggal akibat kecelakaan kerja di perusahaan Korea Selatan, Rabu (18/7/2018) sekitar pukul 21.00 waktu Korea Selatan atau sekitar pukul 19.00 waktu Indonesia.
Baca Juga: Kasus Pelecehan Seksual TKI, Warga Singapura Divonis 11 Bulan
Wiwit sudah dua tahun ini bekerja di sebuah perusahaan manufaktur bidang operator las di Korea Selatan, namun saat bekerja dia mengalami kecelakaan sehingga terjatuh ke dalam air tempat rendaman besi panas.
Sumarsih beserta keluarga tidak menyangka anaknya meninggal secepat ini akibat kecelakaan kerja di luar negeri. Sehingga keluarga benar-benar merasa kehilangan, terlebih anak pertamanya tersebut sangat sayang terhadap keluarga.
"Hasil kerja saja dia belum 'ngecakke' (menggunakan), upahnya untuk menyenangkan orangtua, membangun rumah dan menyekolahkan adiknya," kata Sumarsih.
Wiwit adalah anak pertama dua bersaudara dari pasangan Ngadino (50) dengan Sumarsih (43) yang sudah empat tahun ini merantau ke luar Jawa, sebelumnya dia bekerja di Batam dua tahun dan bekerja di Korea Selatan dua tahun.
"Gaji yang pertama itu (hasil kerja di Korsel) untuk bangun rumah, atapnya kan sudah rusak. Sejak kerja di Korsel dia belum pernah pulang, namun rencananya setelah Lebaran tahun depan mau pulang dan menikah," katanya.
Baca Juga: Kapal Tenggelam Johor, BNP2TKI: Data Baru, 25 Orang Selamat
Sementara itu, bapak kandung Wiwit, Ngadino (50) mengatakan, anaknya itu merupakan sosok yang baik terhadap keluarga dan para tetangga. Setiap kali ada kegiatan kampung, Wiwit selalu berpartisipasi dengan mengirimkan sejumlah uang ke panitia.