Kutu Loncat Jelang Pemilu 2019, LIPI: Politikus Kita Menyedihkan

Jum'at, 20 Juli 2018 | 04:00 WIB
Kutu Loncat Jelang Pemilu 2019, LIPI: Politikus Kita Menyedihkan
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris. (suara.com/Dwi Bowo Raharjo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris, menanggapi aksi politikus Indonesia yang kerap gampang berpindah partai politik atau menjadi “kutu loncat”.

Fenomena itu menurutnya sangat memprihatinkan, karena mencerminkan rendahnya kualitas moral politikus Indonesia kekinian.

"Sangat memprihatinkan fenomena kutu loncat itu, sebab hal itu menunjukkan kualitas moralitas politikus yang rendah,"  kata Syamsuddin di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (19/7/2018).

Selain itu, Syamsuddin juga menilai fenomena kutu loncat yang marak terjadi menggambarkan pragmatisme partai politik. Parpol, kata dia, tidak menempatkan etiket di atas segalanya.

Baca Juga: Hendra / Ahsan ke Perempat Final, Setelah Taklukkan Inggris

"Ini juga menunjukkan pragmatisme politik yang luar biasa, sehingga seolah-olah kapan saja seorang politikus bisa pindah-pindah partai politik. Padahal tidak patut dan tidak etis dilakukan oleh politikus kita," kata Syamsuddin.

Dia menilai, perbuatan dari politikus tersebut sudah masuk dalam tahap yang sudah tidak patut. Fenomena tersebut dinilainya menghilangkan komitmen ideologis.

"Secara kepatutan ya tidak patut. Kan menjadi tidak jelas, apa komitmen ideologisnya," katanya.

Lebih prihatin lagi, menurut Syamsuddin kala,  pindah partai tersebut dikarenakan adanya transaksi uang.

Pasalnya, ada dugaan untuk memindahkan seorang politikus dari partai lamanya menggunakan uang partai baru.

Baca Juga: KM Oranye Berpenumpang Mahasiswa IPB Tenggelam, 2 Tewas

"Ini lebih gila lagi, kalau itu betul ya, kalau isu bahwa caleg-caleg itu pindah parpol dengan nilai transfer dalam miliaran rupiah itu, bagi saya sudah gilalah," kata Syamsuddin.

Dia mengatakan dampak dari kejadian tersebut sangat berbahaya bagi politikus itu sendiri dan partai politik. Dia menilai jika politikus tersebut terpilih, maka tanggung jawabnya tidak ada.

"Dampaknya, parpol itu tidak lebih dari sebagai EO (event organizer) ini kan suatu sedback, suatu langkah mundur," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI