Tradisi adat yang sudah berlangsung sejak 1989 ini, kepopulerannya sudah mencapai kancah Internasional. Biasanya acara ini diincar oleh para travel fotografer.
"Selain aksi perang dan pertunjukan tradisional lainnya, wisatawan pun bisa berinteraksi langsung dengan para penduduk asli Papua. Selain itu, banyak pemandangan indah yang bisa dinikmati selama berada di sana," ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, Alpius Wetipo.
Ia menambahkan, suku-suku asli Papua tersebar di beberapa lokasi. Mereka akan berkumpul di lembah ini saat festival berlangsung.
Mereka terdiri dari Suku Dani, Suku Yali, hingga Suku Lani.
Festival Lembah Baliem merupakan acara perang antarsuku. Perang dilakukan sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan.
Para prajurit kebanggaan suku-suku tersebut akan adu kekuatan mereka.
"Tenang, walau disebut perang, acara ini aman kok disaksikan oleh wisatawan," tambah Alpius.
Ia juga mengungkapkan akan banyak acara pendukung di festival ini. Selain tarian tradisional, ada pertunjukan musik tradisional dengan Pikon, karapan babi, aksi teatrikal, lomba panahan dam lempar tombak, permainan Sikoko dan Puradaan, peragaan memasak dengan cara tradisional, dan pameran kerajinan tangan masyarakat suku adat.
Selain menikmati bentang alam yang indah di Papua, wisatawan juga bisa menyaksikan mumi. Ada tiga mumi di Distrik Kurulu, tiga mumi lagi di Distrik Assologaima, dan satu mumi di Distrik Kurima.
Mumi-mumi ini bukan jasad orang biasa dari suku Dani, suku mayoritas di Wamena atau Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya. Mereka adalah kepala-kepala suku dan panglima perang yang disegani dan menjadi panutan di masanya.