Suara.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menegaskan, tidak pernah mendukung ideologi Khilafah di Indonesia.
Penegasan itu sekaligus untuk membantah pernyataan tokoh PA 212 Bachtiar Nasir, yang menyebut Tito mendukung ideologi Khilafah di Indonesia. Pernyataan Nasir tersebut tersebar melalui video yang viral di media sosial.
”Saya sudah komplain ke Ustaz Bachtiar Nasir karena ada video viral itu,” kata Tito dalam acara Silaturahmi Nasional Da'i Kambtibmas yang bertemakan ”Kita Wujudkan Pemilu 2019 Yang Aman Dan Damai” di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (17/7/2018).
Untuk memperjelas persoalan, Kapolri Jenderal Tito dalam pidatonya di acara itu membeberkan pernyataan Nasir yang terdapat dalam video viral tersebut.
Baca Juga: Masih Jadi Menteri Jokowi, Puan Maharani dan Yasonna Daftar Caleg
"Di tengah-tengah masyarakat kelompok HTI, dia menyampaikan bahwa Indonesia harus menerapkan sistem Khilafah. Sistem Khilafah lah yang paling pas untuk negera Indonesia ini. Karena demokrasi liberal tidak benar menghancurkan negara ini. Dan saya sudah bertemu langsung oleh orang yang sangat berkompeten. Dan saya berdiskusi dengan orang yang berkompeten itu, yaitu Kapolri Jenderal Tito Profesor Doktor Tito Karnavian. Dia mengatakan bahwa demokrasi ini sudah rusak. Oleh karena itu harus diganti dengan sistem Khilafah," tutur Tito mengulang ucapan Bachtiar Nasir.
Tito mengakui, setelah video itu viral, langsung mengirim pesan singkat melalui aplikasi WhatsApp kepada Nasir untuk mengklarifikasi ucapannya.
"Saya langsung WhatsApp yang bersangkutan (Bachtiar). Masih ada WA-nya ini. Ustaz itu saya anggap orang yang cerdas, negarawan. Setahu saya, berkali kali kami diskusi. Pengalaman saya, terkesan. Tapi begitu melihat kata-kata ustaz itu, hilang kesan saya itu. Kesan saya ustaz tidak secerdas yang saya lihat," kata Tito.
"Saya tidak pernah menyatakan mendukung khilafah. Yang saya sampaikan demokrasi liberal saat ini kalau kebablasan bisa menjadi pemecah bangsa. Tapi saya tak mengatakan ganti dengan khilafah. Sebab, sama bahayanya dengan demokrasi liberal," tegas Tito.
Baca Juga: 5 Bulan Dibui, Dhawiya Kangen Tidur di Pelukan Elvy Sukaesih