Suara.com - Terobosan baru dari Kementerian Agama (Kemenag) RI dalam penyelenggaraan haji tahun ini adalah proses rekam data biometrik di embarkasi asal. Ini dijalani 450 Jamaah Calon Haji (JCH) kloter pertama Sumatera Selatan saat masuk Asrama Haji Palembang, Selasa (17/7/2018).
Kepala Kanwil Kemenag Sumsel Alfajri Zabidi menjelaskan, proses rekam data biometrik di embarkasi asal merupakan upaya layanan terbaik dari negara untuk kenyamanan JCH. Mengingat penyelenggaraan haji tahun-tahun sebelumnya proses biometrik memakan waktu hingga tujuh jam di embarkasi Madinah dan Jeddah.
"Mulai tahun ini tidak perlu antre lama lagi setelah perjalanan jauh dari tanah air. Proses menjadi lebih hemat tenaga dan waktu bagi JCH,” kata Alfajridi Asrama Haji Palembang, Selasa (17/7/2018).
Untuk kelancaran rekam biometrik di tiap kloter, Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Palembang menyiapkan 12 unit alat rekam. Satu orang JCH hanya butuh 3 sampai 5 menit proses perekaman data dirinya seperti sidik jari dan foto tampak depan.
Baca Juga: Sandiaga Minta Publik Tak Berlebihan soal Pencopotan 5 Wali Kota
Dalam kesempatan yang sama, JCH juga menjalani pemeriksaan kesehatan tahap akhir, menerima paspor haji, gelang, dana living cost sebesar SAR 1.500, dana penggantian biaya paspor, dana bantuan gubernur Sumsel dan gelang tanda pengenal.
"Untuk 455 JCH per kloter bisa memakan waktu sampai empat jam," ujar Alfajridi.
JCH Embarkasi Palembang menginap di asrama haji maksimal 24 jam sebelum diterbangkan ke Saudi. Sesuai jadwal, pemberangkatan semua kloter pada hari esoknya di pukul 02.30 dini hari. Tercatat JCH asal Sumsel sebanyak 7.035 orang yang terbagi dalam 19 kloter.
Salah satu calon jemaah haji, Zawawi (78) asal Kota Lubuk Linggau menjadi salah satu JCH berisiko tinggi. Asiah (66) sang istri mengatakan, suaminya diantarkan dari Lubuk Linggau ke asrama haji Palembang dengan ambulans selama hampir 9 jam.
Setelah menjalani proses biometrik dan pemeriksaan terakhir, Zawawi dinyatakan boleh masuk asrama haji untuk menunggu keberangkatan dini hari esok harinya.
Baca Juga: Aktivis HAM Ajak Masyarakat Golput Jika Hanya Ada 2 Capres
"Suami saya baru terkena stroke, jadi saraf tangannya tidak terkendali. Karena itu untuk rekam sidik jari saat biometrik harus benar-benar dibantu petugas. Untuk berjalan pun harus pakai kursi roda," ujar Asiah yang mengaku tidak lama menunggu antre saat proses rekam biometrik untuk dirinya maupun suaminya.