Akhirnya didatangkan pompa raksasa. Untuk menguras air di mulut gua.
Pompa bekerja 24 jam sehari. Air yang dipompa keluar sudah mencapai 128 juta liter. Mulut gua tidak juga terbuka. Hujan moonson tidak kunjung berhenti.
Maka muncul ide melakukan pertolongan dalam bentuk lain: mengebor gunung di atas gua itu. Tujuannya: agar ada udara masuk. Siapa tahu mereka kekurangan oksigen. Yang akan membuat mereka mati lemas.
Satu tim pendahuluan mencari lokasi pengeboran. Mereka menaiki terjalnya gunung. Kendaraan mereka tergelincir. Masuk jurang. Semua mengalami cedera. Meski tidak ada yang tewas.
Pada hari kesepuluh datang pahlawan baru: dua penyelamat dari Inggris. Nama mereka: Richard Stanton dan John Volanthen. Umur 50 dan 40 tahun. Yang satu petugas pemadam kebakaran. Satunya lagi teknisi internet. Tapi keduanya kompak: lebih menyukai petualangan dan penyelamatan.
Keduanya menjauh dari wartawan. Ketika banyak yang ingin populer, keduanya tidak mau diwawancara. ''Saya ke sini untuk berbuat. Bukan untuk bicara,'' katanya singkat. Lalu menyelam. Memasuki mulut gua. Lenyap ke dalam kegelapan.
Berhasil! Keduanya menemukan 12 remaja itu. Dan asisten pelatih mereka.
Setim sepakbola ditemukan selamat setelah terperangkap 9 hari di dalam gua. Mereka itu terjebak di rongga ketiga di dalam gua itu. Duduk-duduk di atas tanah yang agak tinggi. Dikelilingi genangan air. Luas tanah gundukan itu hanya sekitar 10 meter persegi. Sangat sempit. Gelap. Pengap.
Mereka masih hidup. Semua. Masih tidak kelihatan lemah. Atau frustrasi. Atau panik. Padahal sembilan hari sudah. Terjebak di dalam gua. Tanpa tahu apakah akan ada jalan keluarnya.
Dua orang itu membawa makanan. Juga membawa harapan. Keberadaan mereka direkam. Masing-masing menyampaikan pesan kepada orang tua. Dalam bentuk rekaman video.