Akhirnya ada yang menemukan sepeda mereka. Di mulut gua. Yang tergenang air.
Sepasang sepatu bola tergeletak di dekat sepeda di mulut gua Tham Luang.
Hampir dipastikan 12 remaja dan satu asisten pelatih itu ada di dalam gua. Kalau begitu masihkah mereka hidup? Bagaimana cara memasuki gua yang mulutnya tertutup air? Apakah mereka punya makanan? Seberapa jauh mereka memasuki gua?
Diskusi publik pun beralih: dari di mana mereka ke bagaimana cara menolong mereka. Tiap hari berita di Thailand didominasi drama gua ini. Seperti tidak ada piala dunia di sana. Tim Prancis, tim Inggris kalah populer dengan tim sepakbola desa pegunungan ini.
Ketika drama ini menjadi berita internasional tim penyelamat dunia turun tangan. Memperkuat tim penyelamat bentukan pemerintah. Anggota tim umumnya para penyelam. Dari angkatan laut. Dan profesional.
Seorang mantan penyelam angkatan laut Thailand jibaku. Akan masuk ke mulut gua itu. Pemerintah mengijinkan. Atas dasar reputasi orang ini.
Nama: Saman Kunont. Umur: 38 tahun.
Prestasi: Juara 4 kali lomba petualang. Selalu ikut kejuaraan petualangan. Peraih tropi menyeberangi sungai Kwai.
Dengan oksigen cukup Saman memasuki air di mulut gua. Membawa banyak oksigen untuk para remaja itu.
Satu hari ditunggu. Tidak ada kabar dari Saman. Ternyata Saman meninggal. Kehabisan oksigen. Drama pun bertambah seru. Satu pahlawan telah ikut jadi bintang.
Penyelamat dari berbagai negara tertantang. Mereka berdatangan. Menawarkan pertolongan. Terkumpul tim penyelamat dari sembilan negara: Tiongkok, Australia, Inggris, Russia, Amerika dan sebagainya.
Bahkan bos besar Tesla ikut turun tangan: Elon Musk. Ia menawarkan alat pendeteksi. Bagaimana keadaan alam di dalam gua. Juga menawarkan mega baterai.
Hari silih berganti. Jalan keluar tidak segera ditemukan. Publik gemes. Orang tua mereka pada lemes.