Suara.com - Partai Amanat Nasional (PAN) baru saja ditinggal salah satu kadernya di DPR, Lucky Hakim. Mantan artis ganteng tersebut diketahui menyeberang ke Partai Nasdem. Usai ditinggal kader potensialnya, PAN menuding hengkangnya Lucky Hakim karena telah dibayar Partai Nasdem sebesar Rp 2 miliar.
Tudingan ini dilontarkan Ketua DPP PAN, Yandri Susanto. Menurut dia, Lucky bahkan dijanjikan akan dibayar Rp 5 miliar agar mau menyeberang ke Partai Nasdem.
Mendapati kenyataan itu, PAN langsung melakukan pergantian antar waktu (PAW) terhadap Lucky Hakim yang kini kembali maju sebagai Caleg DPR RI dari Nasdem.
"Lucky itu WAnya (WhatsApp) jelas, dia sudah dikasih Rp 2 miliar. Yang dijanjikan Rp 5 miliar. Sudah dikasih DP oleh Nasdem," kata Yandri saat dihubungi, Rabu (4/7/2018).
Baca Juga: Yamaha R25 Terbaru Dikabarkan Siap Meluncur Tahun Depan
Yandri pun menganggap wajar, jika Lucky keluar dari PAN. Sebab mantan artis tersebut dinilai tak memegang ideologi kepartaian.
"Saya kira Lucky memang otaknya ya duit saja. Dia nggak punya ideologi partai," ucap Yandri.
Ternyata tak hanya Lucky, Yandri menyebut bakal ada dua kader PAN lainnya yang terindikasi dibajak partai lain. Tapi ia tidak mau menyebutkan dua orang tersebut.
"Ada sih (akan dibajak). Nggak perlu saya sebutkan. Tapi ada. Mungkin satu, dua orang ya. Tapi kan itu belum. Makanya saya nggak sebut nama. Siapa tau dia masih berpikir ulang untuk tak kena bajak," kata dia.
Sebelum resmi pindah, PAN sudah melakukan pendekatan persuasif terhadap Lucky dan kadernya yang lain agar tidak pindah partai. Namun, keputusan tetap dikembalikan pada individu masing-masing.
Baca Juga: Polisi Periksa 6 Saksi Kecelakaan KM Lestari Maju di Selayar
Apalagi di era demokrasi seperti sekarang ini. Setiap orang bebas menentukan jalan politiknya masing-masing, selama tidak merugikan hak politik orang lain.
"Kalau orang sudah ukurannya duit ya susah juga kita. Artinya, nilai-nilai perjuangannya nggak ada. Kalau di sana dikasih duit, dia pindah atau nggak, ya siapa yang bisa nahan, masa mau kita tandingkan lagi dengan duit, kan nggak bagus, itu nggak mendidik," tutur Yandri.
"Kalau mereka pada akhirnya mengambil keputusan pindah partai dengan harapan dapat duit, ya silahkan. Kita nggak bisa nahan," imbuh dia.