Titi Mongso, Merawat Koran dan Majalah Tempo Dulu di Era Digital

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 04 Juli 2018 | 16:02 WIB
Titi Mongso, Merawat Koran dan Majalah Tempo Dulu di Era Digital
Pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menemukan orang yang asyik khusyuk membaca koran pada zaman kiwari, mungkin menjadi fenomena langka. Sebab, sejak abad ke-21, terdapat peralihan gaya membaca yang mayoritas terkonsentrasi pada gawai.

Namun, pada era terdahulu, surat kabar adalah satu-satunya medium bagi orang-orang untuk mendapatkan informasi terbaru.

Dalam konteks Indonesia, koran juga menjadi “senjata” modern pertama bagi kaum pergerakan saat melawan hegemoni informasi yang terpusat pada kolonial Belanda.

Bentara Budaya Yogyakarta dan harian Kompas, menghadirkan nostalgia mengenai sejarah surat kabar di Indonesia dalam pameran koran dan majalah tempo dulu bertarjuk "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu".

Baca Juga: Kapolri Perintahkan Jajarannya Razia Sebulan Penuh, Ada Apa?

Pameran tersebut mencoba memerlihatkan peradaban koran dari masa ke masa, mulai dari tahun 1871-1971, persis satu abad alias 100 tahun.

Pengunjung melihat majalah-majalah tempo dulu dalam pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]
Pengunjung melihat majalah-majalah tempo dulu dalam pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]

Sindhunata, budayawan sekaligus pemimpin umum majalah legendaris Basis, turut hadir dan memberikan pengantar pameran tersebut.

“Koran yang hilang dapat dihidupkan kembali dengan nuansa yang berbeda. Ini menjadi benda sejarah yang nilainya luar biasa," kata Sindhunata.

Menurutnya, koran pada zaman dulu memang digunakan sebagai alat perjuangan, walaupun pada akhirnya banyak yang memutuskan untuk gulung tikar.

Halaman muka majalah Mimbar Indonesia di pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]
Halaman muka majalah Mimbar Indonesia di pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]

Sementara pada masa Orde Baru, menurut Sindhunata, perusahaan  surat kabar juga bertumbangan karena tak mampu mengelola media secara baik, di samping kejamnya kekuasaan Soeharto terhadap media massa.

Baca Juga: Menangi Pertarungan Sengit, Chen / Jia ke Babak Kedua

"Berapa puluh koran pada zaman Hindia jatuh bangun. Setelah Orde Baru banyak juga yang gulung tikar, karena itu kita ingin mengenangnya, " tutur Sindhunata.

Koran Suara Rakyat di pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]
Koran Suara Rakyat di pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]

Sindhunata sangat menghargai orang-orang yang masih telaten menyimpan baik koran dan majalah yang sangat sulit untuk kembali ditemukan di pasaran. Baginya, tidak mudah menyimpan barang yang umurnya sudah mencapai 100 tahun.

"Kami menghargai barang lawasan ini yang telaten menyimpan koran 100 tahun," ujar Sindhunata.

Budi "Ubrux" Haryono, seniman yang semua karyanya dari koran, mengatakan sebuah surat kabar dan majalah merupakan tonggak peradaban manusia.

Sangat banyak catatan dan pemikiran para tokoh dan priyai tertuang dalam sebuah koran, guna memperjuangkan hak dan martabat bangsa yang jarang ditemui.

Pengunjung melihat surat kabar Kompas edisi pertama di pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]
Pengunjung melihat surat kabar Kompas edisi pertama di pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]

"Banyak pemikiran-pemikiran para priyai di koran-koran guna menuangkan pemikirannya untuk bangsa," kata Budi yang kemudian membuka acara tersebut.

Beberapa koran dan majalah tempo dulu yang penuh nilai perjuangan dan dipamerkan ialah, Mimbar Indonesia, Suara rakjat, Oemoem, Boedi Oetomo sampai koran Kompas cetakan edisi pertama. [Somad].

Pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]
Pameran "Titi Mongso Pameran Koran dan Madjalah Tempo Dulu" di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak tanggal 3 Juli sampai 11 Juli 2018. [Suara.com/Somad]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI