Suara.com - Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur, Pusat Vulkanologi Mitigasi Geologi, Devy Kamil Syahbana mengatakan, potensi Gunung Agung meletus secara strombolian dengan mengeluarkan lontaran lava pijar masih tinggi.
Dia menjelaskan, erupsi tipe strombolian yang terjadi pada Selasa 2 Juli 2018 pukul 21.04 terekam selama 7 menit, setelah itu terekam diseismograf kembali normal.
"Ini adalah ciri-ciri khas strombolian. Erupsi-erupsi seperti ini berpotensi kembali terjadi. Tapi durasi erupsi tidak terus menerus. Tidak seperti kemarin. Kemarin itu erupsi lava disertai dengan hembusan abu dan gas itu terjadi lama sekali," terangnya.
Dia menerangkan, strombolian terjadi satu kali dan akan istirahat lalu akan muncul kembali.
Menurutnya, hingga saat ini belum ada peningkatan status ke awas atau ke level empat.
"Kalau bahaya ada peningkatan di atas 4 Km kita akan mengevaluasi. Letusan strombolian disertai dengan dentuman itu adalah hal yang biasa terjadi. Di Gunung Raung dan Rinjani juga sama. Dia mengeluarkan dentuman kemudian melontarkan lava pijar kemudian selesai nanti ini bukan berarti episodenya selesai," ujarnya.
Dia menegaskan, bahwa potensi terjadi erupsi lontaran pijar ini masih tinggi.
"Ini bukan pertama kali. Pertama kali terjadi pada 19 Januari 2018. Ini fase biasa di Gunung Agung. Strombolian ini ciri khas dari Gunung Agung," terangnya.
"Kami PVMBG akan menganalisis potensi bahayanya. Masyarakat tetap tenang dan masyarakat tetap mengikuti rekomendasi dari kami agar tidak melakukan aktivitas apapun," tambahnya.
Pihaknya menegaskan, erupsi strombolian yang terjadi membuat amplitudo seismik naik namun secara singkat saja tapi setelah itu turun kembali.
Dia menjelaskan, erupsi strombolian yang terjadi kemungkinan karena terjadi pengerasan lava di permukaan. Pengerasan lava di permukaan adalah hal yang lazim karena lava di permukaan cenderung mengalami penurunan temperatur, hal ini juga yang menyebabkan laju efusi (aliran) lava ke permukaan melambat.
"Intinya terjadi penghambatan atau penyumbatan aliran fluida magma (gas dan liquid) ke permukaan," ungkapnya. [Luh Wayanti]