Penembakan Massal di Koran Tertua AS, 5 Jurnalis Meninggal Dunia

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 29 Juni 2018 | 14:38 WIB
Penembakan Massal di Koran Tertua AS, 5 Jurnalis Meninggal Dunia
Gedung tempat redaksi Capital Gazette, Maryland, Amerika Serikat, menjadi target serangan teror seseorang bernama Jarrod Ramos, Kamis (28/6/2018) sore. [Capital Gazette]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Nalurinya sebagai jurnalis tetap bekerja. Ia segera membuka akun Twitter miliknya, menuliskan alamat gedung Capital Gazette dan membubuhkan kalimat: “Tolong bantu kami, redaksi Capital Gazette diserang!”

Phil Davis, jurnalis gugus tugas kriminalitas, juga terjebak di ruang redaksi saat Ramos memuntahkan pelurunya.

Ia merunduk, meringkuk di bawah meja kerjanya. Davis mendengar pekik histeris staf redaksi lain, ketika Ramos menembak dari arah pintu masuk ruang tersebut.

"Tidak ada yang lebih menakutkan daripada mendengar banyak orang tertembak, ketika Anda berada di bawah meja Anda sendiri dan kemudian mendengar lelaku bersenjata itu kembali," tutur Davis.

Baca Juga: 226 Pergerakan Pesawat Terdampak Erupsi Gunung Agung

Davis menuturkan, untuk sebuah negara yang telah mati rasa terhadap penembakan massal, ini adalah sebuah front baru. Sekolah telah menjadi target yang sering, dengan mahasiswa sampai anak TK yang menjadi korban.

Sebuah bioskop pun pernah menjadi sasaran. Gereja juga. Tapi di AS, serangan teror terhadap kantor media massa adalah langka.

Apalagi, Capital Gazette termasuk media massa tertua di AS, yang sudah berdiri sejak era 1700-an.

Dalam laman daringnya, Capital Gazette juga membanggakan diri karena ikut berjuang melawan pahak prangko, yang membantu memicu Revolusi Amerika.

“Pria bersenjata itu diam ketika mengintai ruang berita, berhenti sekali untuk kembali ketika para wartawan meringkuk ketakutan di bawah meja mereka, termasuk aku,” kata Davis dalam wawancara via telepon.

Baca Juga: Tak Banding, Aman Abdurrahman Siap Kapan Pun Dieksekusi Mati

Begitu polisi tiba, anggota staf meletakkan tangan mereka di udara dan berteriak, "Kami bukan dia," kenang Davis. Pria bersenjata itu bersembunyi di bawah meja ketika polisi pindah. Ramos tak melepaskan tembakan ketika polisi menyeruak masuk.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI