Sementara secara geokimia, gas-gas SO2 terakhir kali terukur dengan fluks pada kisaran 200 ton per hari.
"Hal ini mengindikasikan masih adanya kontribusi magmatik dari dalam tubuh Gunung Agung," ujarnya.
Tambahnya, dari satelit teramati Hotspot yang mengindikasikan adanya lava panas di permukaan kawah.
"Lava ini dapat berupa lava lama yang dipanaskan ataupun lava baru yang dikeluarkan dari erupsi tadi malam," jelasnya.
Baca Juga: Gunung Agung Kembali Aktif
Secara kesimpulan fenomena yang terjadi saat ini kemungkinan berupa aliran fluida ke permukaan berdasarkan pengamatan visual dimana kolom asap relatif berwarna putih dan ketinggian relatif konstan.
Aliran fluida bisa berupa gas maupun aliran lava baru ke permukaan. Frekuensi dominan tremor belum berubah (konstan di sekitar 4.7 Hz) mengindikasikan laju aliran fluida ke permukaan relatif konstan.
"Jika frekuensi dominan tremor mengalami perubahan (misal jika menurun) maka kemungkinan bisa mengindikasikan terjadinya penyumbatan dan erupsi eksplosif bisa terjadi. Jika aktivitas hembusan ini terus berlangsung tanpa mengalami perubahan laju maka kemungkinan yang terjadi adalah pengisian lava baru ke permukaan dan/atau emisi gas magmatik, hal ini baru dapat dikonfirmasi nanti dengan melihat citra satelit thermal. Kondisi saat ini citra satelit termal terbaru belum dapat diakses," ungkapnya.
Dia menegaskan, PVMBG terus memonitor aktivitas Gunung Agung untuk mengevaluasi potensi bahayanya antar waktu.
"Jika terjadi perubahan signifikan maka status atau rekomendasi aktivitas Gunung Agung akan dievaluasi kembali," pungkasnya. (Luh Wayanti)
Baca Juga: Gunung Agung Erupsi Lagi, Lejitkan Kolom Abu Setinggi 2.000 Meter